KOMPAS.com - “Lima menit lagi…” adalah kalimat yang sering kita ucapkan saat menekan tombol snooze pada alarm di pagi hari. Sekilas, rasanya seperti mendapat bonus waktu istirahat yang manis. Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan menunda alarm ini sebenarnya bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan kualitas tidur?
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports oleh para peneliti dari Mass General Brigham mengungkapkan bahwa lebih dari setengah sesi tidur berakhir dengan penggunaan tombol snooze. Rata-rata, seseorang menghabiskan sekitar 10,8 menit setiap pagi dalam siklus tidur terpotong-potong sebelum benar-benar bangun.
Baca juga: Tekan Snooze pada Alarm Buruk bagi Kesehatan, Apa Alasannya?
Peneliti membagi pengguna snooze menjadi tiga kelompok berdasarkan frekuensi penggunaannya:
Tidur dalam kondisi setengah sadar inilah yang disebut sebagai sleep inertia, yaitu keadaan grogi dan bingung yang kita rasakan saat bangun tidur. Studi ini menunjukkan bahwa semakin sering seseorang menekan snooze, semakin rendah kualitas tidur dan rasa segar yang dirasakan sepanjang hari.
Baca juga: Fakta di Balik Dorongan Tekan Tombol Snooze Setiap Bangun Pagi
Menurut Rebecca Robbins, seorang ahli tidur yang terlibat dalam studi ini, tombol snooze dapat mengganggu tahapan tidur yang sangat penting, terutama menjelang akhir tidur:
“Jam-jam sebelum bangun penuh dengan tidur gerakan mata cepat (REM) yang krusial. Menekan snooze akan mengganggu fase tidur ini dan hanya memberikan tidur ringan di antara alarm,” jelasnya.
Ia menyarankan agar kita mengatur alarm pada waktu yang paling akhir yang memungkinkan, lalu berkomitmen untuk langsung bangun saat alarm pertama berbunyi.
Baca juga: Cara Bangun Pagi Lebih Mudah Menurut Penelitian
Studi ini juga menemukan bahwa wanita lebih sering menekan tombol snooze dibandingkan pria. Rata-rata, wanita menekan tombol itu 2,5 kali per sesi, sedangkan pria 2,3 kali. Durasi “snooze” juga lebih panjang pada wanita, yakni 11,5 menit dibanding 10,2 menit pada pria.
Kemungkinan penyebabnya? Wanita cenderung mengalami lebih banyak masalah tidur, seperti insomnia atau tidur gelisah. Selain itu, mereka juga memikul tanggung jawab lebih besar seperti pekerjaan, mengurus anak, dan kegiatan lainnya yang bisa mengganggu tidur malam.
Baca juga: Apakah Orang yang Bangun Pagi Lebih Bahagia? Ini Kata Ahli
Orang cenderung lebih sering menekan snooze pada hari kerja (2,5 kali) dibanding akhir pekan (2,3 kali). Alasannya jelas: tekanan untuk bangun lebih pagi karena kewajiban pekerjaan membuat kita tergoda untuk mencuri waktu tidur tambahan.
Menariknya, kebiasaan ini juga berubah tergantung musim. Di belahan bumi utara, bulan Desember tercatat sebagai bulan dengan frekuensi snooze tertinggi (2,62 kali dengan durasi 11,83 menit). Kondisi pagi yang gelap dan cuaca dingin diyakini membuat orang lebih sulit untuk bangun.
Baca juga: 7 Alasan Bangun Pagi Bermanfaat untuk Kesehatan
Dalam studi lintas negara ini, Swedia menempati posisi teratas dengan rata-rata 2,7 kali snooze per sesi. Disusul Jerman dan Amerika Serikat dengan 2,5 kali. Sebaliknya, Jepang dan Australia mencatat angka yang lebih rendah, yakni 2,2 kali per sesi.
Untuk durasi snooze, lagi-lagi Swedia memimpin dengan 11,7 menit, sedangkan Jepang hanya 9,2 menit.
Mereka yang tidur kurang dari lima jam justru jarang menggunakan tombol snooze. Tapi mereka yang tidur lebih dari sembilan jam cenderung menunda bangun lebih lama, bahkan hingga empat kali snooze dalam satu pagi.
Alasannya? Orang yang kurang tidur biasanya memiliki jadwal yang padat, sehingga tidak punya waktu untuk “menunda-nunda”. Sebaliknya, yang tidur lebih lama merasa punya waktu lebih fleksibel.