KOMPAS.com - Pada titik terdekatnya ke Bumi pada 21 Oktober 2025, komet superterang Lemmon (C/2025 A6) menjadi perhatian para pengamat langit di seluruh dunia. Tidak hanya karena cahayanya yang menyaingi gugus bintang Beehive (M44), tetapi juga karena fenomena langka — ekornya sempat “tercabik” oleh angin Matahari.
Astrofotografer Petr Horálek berhasil menangkap momen menakjubkan dari Danau Se?, Ceko, pada malam 18 Oktober. Dalam foto itu, tampak ekor panjang Comet Lemmon seperti tersobek-sobek di angkasa. Di baliknya, aurora merah muda menari rendah di cakrawala akibat badai geomagnetik kelas G2 yang melanda Bumi hari itu.
Namun, badai magnetik tersebut bukan penyebab “robeknya” ekor komet. Para ilmuwan menjelaskan bahwa peristiwa ini kemungkinan besar disebabkan oleh hembusan kuat angin Matahari — aliran partikel bermuatan yang keluar dari atmosfer luar Matahari. Hembusan ini membuat ekor gas dan debu Lemmon terpuntir dan bahkan sempat terputus di beberapa bagian.
Fenomena pemisahan seperti ini disebut “disconnection event”, dan meski jarang terjadi, hal serupa pernah dialami Lemmon pada akhir September dan 4 Oktober lalu. Untungnya, ekor komet biasanya kembali pulih dalam hitungan jam.
Baca juga: 2 Komet Langka Akan Melintas Dekat Bumi Pada 20-21 Oktober 2025
Komet Lemmon ditemukan pada 3 Januari 2025 oleh tim di Observatorium Mt. Lemmon SkyCenter di Arizona, Amerika Serikat. Ia bukan komet periodik pendek, melainkan komet nonperiodik yang mengelilingi Matahari sekitar setiap 1.350 tahun.
Pada 21 Oktober, Lemmon mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi — sekitar 90 juta kilometer (56 juta mil) — sebelum menuju perihelion atau titik terdekat dengan Matahari pada 8 November 2025. Saat ini, komet tersebut mencapai magnitudo 4, cukup terang untuk dilihat dengan mata telanjang di bawah langit gelap.
Baca juga: Ada Komet Terang yang Mendekati Bumi, Bisakah Dilihat dengan Mata Telanjang?
Komet Lemmon dan ekornya yang tercabik dipotret dari tepi Danau Se? di Ceko. Menariknya, Lemmon tidak sendirian. Sehari sebelumnya, Komet SWAN (C/2025 R2) juga melintas mendekati Bumi pada 20 Oktober. Meskipun sama-sama berasal dari wilayah luar Tata Surya, SWAN jauh lebih redup, dengan magnitudo sekitar 5,9, sehingga hanya bisa terlihat menggunakan teleskop atau teropong bintang.
Perjalanan keduanya sangat berbeda. Lemmon melintas dekat Bumi sebelum mengelilingi Matahari, dan diperkirakan baru akan kembali sekitar tahun 3179, setelah orbitnya sedikit berubah akibat pengaruh gravitasi Jupiter.
SWAN, sebaliknya, adalah komet berperiode sangat panjang — sekitar 20.000 tahun — dan kini sedang meninggalkan bagian dalam Tata Surya setelah mencapai jarak 39 juta kilometer (24 juta mil) dari Bumi.
Baca juga: Komet Hijau SWAN, Tamu Langit yang Menakjubkan
Ekor Komet Lemmon juga sedikit terguncang oleh hembusan angin matahari pada 23 September. Pengamat di belahan Bumi utara berkesempatan terbaik untuk melihat keduanya pada minggu ketiga Oktober 2025, sekitar satu setengah jam setelah matahari terbenam.
Komet Lemmon tampak di langit barat laut, di bawah rasi bintang Biduk (Big Dipper) dan dekat bintang terang Arcturus.
Komet SWAN bisa dicari di sekitar segitiga musim panas (Summer Triangle) — di antara bintang Altair, Vega, dan Deneb — di langit barat daya.
Untuk hasil terbaik, gunakan teropong atau teleskop kecil. Beberapa aplikasi seperti Sky Guide, Sky Tonight, atau Stellarium dapat membantu menemukan posisi tepat kedua komet tersebut.
Dan bagi pemburu foto langit, ini momen yang sempurna. Cahayanya yang kuat, aurora di latar, dan kisah epik ekor yang tercabik angin Matahari membuat Comet Lemmon menjadi salah satu tontonan astronomi paling dramatis tahun ini.
Baca juga: Apa Perbedaan Asteroid dan Komet?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang