Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/10/2025, 08:31 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Cina baru saja mengumumkan penemuan menarik: seekor kadal mungil dengan lidah berwarna keemasan. Kadal ini diberi nama Diploderma bifluviale, dan menjadi spesies ke-47 dari genus Diploderma yang tercatat di Cina. Penemuan ini dilakukan di Lembah Hulu Sungai Dadu, kawasan pegunungan Hengduan di barat Sichuan—daerah yang terkenal dengan ngarai curam dan puncak-puncak tinggi yang menantang.

Penelitian ini bukanlah hasil kerja sehari. Sejak tahun 2018, tim peneliti telah melakukan survei intensif di kawasan lembah tersebut. Di tengah kerasnya medan dan panas kering lembah, mereka menemukan kadal kecil dengan ciri unik yang belum pernah dijumpai sebelumnya pada spesies sejenis.

Baca juga: Kehidupan Kota Membuat Kadal Lebih Sosial dan Bersahabat

Untuk memastikan apakah kadal ini memang spesies baru, para ilmuwan menggunakan kombinasi teknik biologi molekuler dan analisis morfologi. Hasilnya meyakinkan: karakter tubuh dan data genetiknya tidak cocok dengan spesies Diploderma lain yang sudah dikenal.

Nama Diploderma bifluviale sendiri terinspirasi dari lokasi penemuan—pertemuan dua sungai, Chuosijia dan Jiaomuzu—yang menjadi simbol lahirnya spesies baru di antara dua aliran air.

Ciri Unik: Lidah Emas dan Habitat Kering

Secara fisik, kadal ini berukuran sekitar 6–7 sentimeter, dengan lidah berwarna kekuningan seperti emas atau warna gandum, salah satu ciri khas yang membedakannya dari kerabat dekatnya. Warna tubuhnya juga memiliki pola khas yang membuatnya tampak menonjol di antara bebatuan dan semak-semak tempat ia hidup.

Menariknya, habitat D. bifluviale tidak seperti kebanyakan kadal pegunungan lain. Ia lebih menyukai lembah hangat dan kering di ketinggian 2.100–2.500 meter di atas permukaan laut, dengan semak kecil berdaun jarang dan tumpukan batu berserakan. Adaptasi ini menunjukkan kemampuan luar biasa spesies ini bertahan di kondisi ekstrem.

Baca juga: Kadal Australia Belajar Mengendus Asap untuk Selamatkan Diri

Menyingkap Keanekaragaman yang Belum Tersentuh

Penemuan ini bukan sekadar tambahan satu nama di daftar spesies, tetapi juga pengingat akan kekayaan hayati yang belum sepenuhnya terungkap di kawasan Pegunungan Hengduan. Dalam publikasi ilmiah mereka di jurnal terbuka ZooKeys, para peneliti menulis bahwa temuan ini menyoroti betapa banyaknya kehidupan yang masih tersembunyi di sudut-sudut terpencil Cina barat daya.

“Penemuan ini menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati di Lembah Hulu Sungai Dadu masih sangat kurang dipelajari,” tulis tim peneliti.

Diploderma bifluviale menjadi contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan terus membuka tabir kehidupan, bahkan di tempat-tempat yang sebelumnya luput dari perhatian. Si “kadal berlidah emas” ini kini menambah daftar panjang kekayaan fauna Asia Timur, sekaligus menjadi simbol bahwa alam masih menyimpan banyak rahasia menunggu untuk ditemukan.

Baca juga: Ajaib! Kadal New Orleans Tetap Hidup Meski Darahnya Penuh Timbal

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau