Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ajaib! Kadal New Orleans Tetap Hidup Meski Darahnya Penuh Timbal

Kompas.com - 28/08/2025, 12:17 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Timbal dikenal sebagai logam berat beracun yang sejak lama menjadi momok kesehatan dan lingkungan. Saat ini penggunaannya memang sudah sangat dibatasi, tetapi pada masa lalu tidak demikian. Para ahli memperkirakan sekitar 90 persen warga Amerika yang lahir antara 1951 hingga 1980 memiliki kadar timbal tinggi dalam darah mereka sejak kecil.

Namun, di balik ancaman itu, ada satu spesies yang justru membuat para ilmuwan terkejut dengan daya tahannya. Kadal cokelat Kuba (Anolis sagrei) yang hidup di New Orleans, Louisiana, ditemukan memiliki kadar timbal dalam darah tertinggi yang pernah tercatat pada vertebrata. Angka itu bahkan cukup untuk membunuh sebagian besar hewan lain—tapi tidak dengan mereka.

“Kadal ini bukan hanya bertahan hidup, tapi juga berkembang biak dengan beban timbal yang bisa jadi bencana bagi hewan lain,” kata Alex Gunderson, ahli biologi evolusi dari Tulane University, sekaligus penulis studi yang terbit di Environmental Research.

Baca juga: Sejak 5.000 Tahun Lalu, Manusia Sudah Terpapar Timbal

Dari Pendatang Jadi Penguasa

Tidak seperti kadal hijau asli New Orleans (Anolis carolinensis), kadal cokelat Kuba diyakini baru datang dari Karibia sekitar tahun 1990-an. Dalam dua dekade terakhir, populasinya meledak hingga melampaui jumlah kadal asli.

New Orleans sendiri adalah kota tua yang berdiri sejak 1718. Sejarah panjangnya meninggalkan jejak polusi, termasuk dari cat berbasis timbal dan bensin bertimbal. “New Orleans adalah kota tua dengan sejarah panjang penggunaan cat dan bensin bertimbal. Timbal dari sumber-sumber itu masuk ke tanah,” jelas Gunderson.

Karena hidup dekat tanah, kadal ini menghirup debu yang tercemar timbal dan memakan serangga yang juga sudah terpapar. Kondisi ini menjadikan mereka spesimen ideal untuk mempelajari dampak jangka panjang polusi logam berat di lingkungan perkotaan.

Baca juga: Cat Mengandung Timbal Ganggu Kecerdasan Anak

Daya Tahan yang Mengejutkan

Dalam penelitiannya, Annelise Blanchette bersama timnya menemukan bahwa kadar timbal pada kadal cokelat Kuba di New Orleans adalah yang tertinggi dibanding vertebrata mana pun yang pernah diteliti.

Lebih mengejutkan lagi, mereka nyaris tidak menunjukkan gangguan fungsi tubuh yang biasanya disebabkan keracunan timbal, seperti kecepatan lari, daya tahan, atau keseimbangan. Bahkan, dibutuhkan paparan 10 kali lipat lebih tinggi untuk mulai menimbulkan penurunan kemampuan.

Pemeriksaan jaringan otak dan hati juga hanya memperlihatkan efek kecil. “Awalnya saya tahu kadarnya tinggi, tapi baru benar-benar tersadar ketika membandingkan dengan hewan liar lain. Saya terkejut melihat daya tahan kadal ini, seolah kami menemukan sesuatu yang istimewa,” ujar Blanchette.

Baca juga: Penyakit Misterius Serang India, Ada Nikel dan Timbal di Darah Pasien

Misteri di Balik Kekebalan

Meski alasan pastinya belum jelas, para peneliti menemukan adanya perubahan pada sejumlah gen kadal yang berhubungan dengan regulasi ion logam dan transportasi oksigen. Mekanisme inilah yang diduga membuat mereka seolah “kebal” terhadap timbal.

Namun, Gunderson menegaskan temuan ini bukan berarti manusia bisa direkayasa genetik agar tahan timbal. Yang lebih penting, penelitian ini membuka wawasan baru tentang ambang batas toksisitas pada vertebrata.

“Kita perlu mengevaluasi ulang apa yang kita ketahui tentang batas racun pada hewan bertulang belakang. Jika kita bisa memahami apa yang melindungi kadal ini, mungkin kita bisa menemukan strategi untuk membantu manusia dan spesies lain menghadapi keracunan logam berat,” jelasnya.

Temuan mengejutkan pada kadal cokelat Kuba di New Orleans menunjukkan bahwa alam masih penuh misteri. Di tengah kota tua yang sarat polusi timbal, hewan kecil ini justru memperlihatkan kemampuan adaptasi luar biasa.

Bagi para ilmuwan, kadal ini bukan sekadar reptil invasif, melainkan “laboratorium hidup” yang bisa membantu memahami dampak logam berat pada ekosistem dan mungkin membuka jalan bagi solusi kesehatan di masa depan.

Baca juga: Gadis 11 Tahun Temukan Cara Deteksi Timbal Berbahaya dalam Air

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau