KOMPAS.com – Batik selama ini identik dengan budaya Jawa, tetapi sesungguhnya kain bercorak khas ini bukan hanya milik satu daerah.
Batik hadir di berbagai wilayah Nusantara, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua, dengan ragam motif serta teknik pengerjaan yang berbeda.
Keanekaragaman inilah yang menjadikan batik sebagai entitas budaya yang menyatukan identitas bangsa Indonesia.
Baca juga: Definisi Batik Lukis beserta Cara Pembuatannya
Batik bukan sekadar kain bermotif indah, melainkan representasi sejarah, filosofi, serta cara pandang masyarakat.
UNESCO telah mengakui batik sebagai warisan budaya tak benda pada 2009. Pengakuan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa batik harus dipandang lebih dari sekadar produk tekstil, melainkan simbol kebudayaan.
Head of CSR Department Tower Bersama Group, Fahmi Sutan Alatas membahas soal batik sebagai entitas budaya bangsa di sesi Journalism Fellowship on Corporate Social Responsibility (CSR) 2025 Batch 2, Senin (8/9/2025).
Head of CSR Department Tower Bersama Group, Fahmi Sutan Alatas menegaskan, pentingnya melihat batik sebagai identitas budaya bangsa.
Menurutnya, meskipun setiap daerah memiliki cara pembuatan berbeda, esensi batik tetap sama, yakni menjadi simbol jati diri Indonesia.
“Batik adalah identitas budaya kita. Ia bukan hanya milik Jawa, tapi juga ada di Kalimantan, Sumatera, bahkan Papua,” ujarnya saat menjadi mentor dalam sesi Journalism Fellowship on Corporate Social Responsibility (CSR) 2025 Batch 2, Senin (8/9/2025).
Ia menambahkan, metode pembuatan batik bisa berbeda-beda, namun batik tetap simbol kebudayaan Indonesia yang diakui UNESCO.
Pernyataan ini sejalan dengan pandangan banyak akademisi yang menempatkan batik bukan sekadar produk ekonomi atau mode, tetapi sebagai penanda keindonesiaan.
Baca juga: Pengertian Batik Pedalaman dan Batik Pesisir
Motif batik yang berkembang di berbagai daerah selalu sarat dengan makna filosofis. Misalnya, batik parang yang banyak ditemui di Jawa memiliki filosofi tentang keberanian, kekuatan, dan kesinambungan hidup.
Batik lasem dikenal dengan warna merah menyala yang dipengaruhi budaya Tionghoa, melambangkan semangat dan keberanian.
Di Jambi, batik dibuat dengan teknik berbeda menggunakan pewarna alami dari tumbuhan. Motif yang muncul biasanya terinspirasi dari flora dan fauna lokal.
Sementara di Papua, batik dikembangkan dengan pola khas yang menggambarkan kekayaan alam serta simbol budaya masyarakat setempat.
Dikutip dari jurnal Batik Jlamprang Wujud Dari Warisan Budaya Kota Pekalongan (2021) oleh Bariroh dkk, motif batik bukan sekadar dekorasi.