Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi

Kompas.com - 17/01/2024, 17:30 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

SAYA membaca buku dan menonton film tentang kekejaman kamp konsentrasi yang didirikan Nazi Jerman pada masa Perang Dunia II.

Bahkan setelah Perang Dunia II dan Jerman kembali bersatu, saya menyempatkan diri berziarah ke petilasan kamp konsentrasi Buchenwald yang kini berfungsi sebagai museum pengingatan kekejaman manusia terhadap sesama manusia.

Namun semula saya tidak tahu ada orang Indonesia yang pernah menjadi tahanan di kamp konsentrasi Buchenwald sampai saat saya membaca buku berjudul “Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi” yang ditulis oleh Parlindoengan Loebis dengan kata pengantar sejarawan dan Direktur KITLV penyusun biografi Tan Malaka, DR. Harry A.Poeze dengan editor sejarawan JJ Rizal diterbitkan pada 2006 oleh Komunitas Bambu.

Otobiografi Parlindoengan Loebis yang wafat di Jakarta 31 Desember 1994 merupakan dokumen unik mengenai pengalaman seorang mahasiswa Indonesia di Belanda.

Dr. Loebis tidak hanya berkisah kegiatan pribadi sebagai mahasiswa kedokteran sejak 1932, namun juga organisasi-organisasi tempat mahasiswa Indonesia melakukan pergerakan khususnya Perhimpunan Indonesia yang diketuainya sejak 1936.

Pada Juni 1941, Parlindoengan Loebis ditangkap oleh tentara pendudukan Nazi Jerman tanpa tuduhan. Ia disekap di dalam kamp konsentrasi di Schoorl dan Amersfoort, Belanda sebelum dipindah ke Jerman, yaitu di Buchenwald dan Sachsenhausen.

Di dalam buku “Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi”, Parlindoengan Loebis berkisah tentang penderitaan yang tak terbayangkan oleh nalar sehat manusia sebagai berikut:

Sebagai seorang tawanan dalam kamp konsentrasi, untuk bertahan hidup kita harus menjadi manusia yang primitif kembali dan berusaha hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang paling primitif, yaitu makan secukup mungkin, tidak menjadi sakit dan mengeluarkan tenaga sedikit mungkin. Masa lampau sekali-kali jangan dikenang. Masa yang akan datang jangan diharapkan. Hiduplah untuk hari ini saja. 'Live just for now!' Itulah semboyan yang harus kupegang untuk survive!”

Mengharukan adalah kata pengantar keluarga yang ditulis oleh putri kandung Dr. Parlindoengan Loebis, Cary Sutan Loebis sebagai berikut:

Para pendahulu kita, orang tua kita, Pejuang Kemerdekaan serta para pahlawan sudah berkorban untuk kemerdekaan Indonesia, bukan untuk kemerdekaan daerah-daerah dari mereka berasal, baik itu perjuangan secara fisik, politik maupun kebudayaan.

Masih teringat sebuah pesan dari almarhum ayah saya – Parlindoengan Loebis – yang kebetulan sebagai pelajar di Belanda pada zaman kolonial ikut berjuang untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan dan kemudian terseret masuk konsentrasi kamp Nazi pada Perang Dunia II di Eropa.

Pesan itu berbunyi 'Pertahankan Kewibawaan Sang Saka Merah Putih, jangan sia-siakan darah dan air mata kami'”.

Insya Allah, pesan almarhum Dr Parlindoengan Loebis berkenan cermat dan seksama dihayati bersama oleh para warga bangsa Indonesia yang sedang sibuk memecah-belah bangsa, negara dan rakyat Indonesia hanya demi memperebutkan singasana tahta kekuasaan yang sebenarnya fana belaka.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Tren
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa 'Orang Seram'
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa "Orang Seram"
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau