KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyambangi Korea Utara (Korut) setelah 24 tahun absen melawat ke negara setempat, Selasa (18/6/2024). Kedatangan Putin disambut hangat Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un.
Dilansir dari New York Times (18/6/2024), agenda pertemuan Kim Jong Un-Putin selama dua hari di Korea Utara utamanya untuk memperkuat kerja sama bidang ekonomi dan militer.
Sebelum tiba di Pyongyang, beberapa titik di ibu kota Korea Utara itu telah dihiasi potret Putin dan bendera Rusia.
Sebuah spanduk juga terpasang di sebuah gedung menjulang bertuliskan, “Kami menyambut hangat kedatangan Presiden Federasi Rusia”.
Sambutan meriah itu diberikan untuk Putin lantaran ia kali terakhir menyambangi Korea Utara pada masa kepemimpinan ayah Kim Jong Un, Kim Jong Il, pada 2000 lalu.
Baca juga: Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan
Diberitakan AP News (19/6/2024), Rusia dan Korea Utara berencana akan mengembangkan sistem perdagangan dan pembayaran yang tidak dapat dikendalikan oleh Negara Barat.
Kedua negara tersebut juga bakal bersekutu untuk menentang sanksi yang Putin sebut sebagai “pembatasan ilegal dan sepihak”.
Untuk diketahui, Korea Utara sedang dikenai sanksi ekonomi dari Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) akibat program senjata nuklir dan rudal buatannya.
Sementara Rusia juga tengah bergulat dengan sanksi dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, akibat agresi militer Rusia ke Ukraina.
Namun, fokus utama Putin menemui Kim Jong Un disebut untuk mengamankan pasokan senjata.
Diberitakan Times (18/6/2024), seiring berlarut-larutnya perang Rusia dengan Ukraina, pasokan amunisi dan perangkat militer Rusia dikabarkan menipis.
Dinukil dari New York Times, prioritas utama kunjungan Vladimir Putin menemui Kim Jong Un yakni memastikan kelanjutan kerja sama Korea Utara untuk membantu Rusia di medan perang.
Menurut laporan, selama perang Rusia-Ukraina beberapa waktu terakhir, Korea Utara disebut telah memberikan bantuan militer, meski belum jelas detailnya.
Pada wawancara dengan Bloomberg pekan lalu, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Shin Won-sik mengatakan telah melacak setidaknya 10.000 kontainer yang diangkut dari Korea Utara ke Rusia. Total kontainer itu ditaksir dapat menampung 4,8 juta peluru artileri.
Sebelumnya, intelijen Amerika Serikat juga pernah melaporkan bahwa Rusia telah membeli jutaan peluru artileri dari Korea Utara.
Baca juga: Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara