Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Megathrust yang Bisa Picu Gempa dan Tsunami di Indonesia?

Kompas.com - 14/08/2024, 12:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan potensi gempa megathrust yang bisa terjadi di Indonesia.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa megathrust bisa terjadi karena seismic gap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.

Megathrust Selat Sunda berpotensi memicu terjadinya gempa dahsyat dengan magnitudo mencapai 8,7. Sedangkan Megathrust Mentawai-Siberut bisa menyebabkan gempa berkekuatan magnitudo 8,9.

"Kedua segmen megathrust ini boleh dikata tinggal menunggu waktu karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” kata Daryono, dilansir dari Kompas.com, Senin (13/8/2024).

Selain gempa berkekuatan tinggi, gempa megathrust juga disebut dapat memicu terjadinya tsunami jika sumber gempa terjadi di laut.

Lantas apa itu gempa megathrust?

Baca juga: Palung Nankai, Megathrust yang Hantui Jepang dengan Gempa Kembar

Mengenal gempa megathrust

Secara etimologi, gempa megathrust adalah gempa bumi yang berasal dari zona megathrust.

Kata "Mega" itu artinya besar, sedangkan kata "Thrust" berarti sesar sungkup. Letaknya berada di perbatasan pertemuan continental crust (kerak benua) dan oceanic crust (kerak samudra).

Dilansir dalam buku "Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia tahun 2017" berdasarkan hasil kajian para pakar gempa bumi, zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang menunjam masuk ke bawah Pulau Jawa disebut sebagai zona megathrust.

Zona megathrust menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.

Menurut Daryono, gempa megathrust berpusat di bidang kontak antarlempeng dengan kedalaman kurang dari 45-50 kilometer.

Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.

Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting). Gempa dalam skala besar di laut kemudian memicu tsunami.

Baca juga: Daftar Zona Megathrust di Indonesia, Apakah Selalu Berpotensi Tsunami?

Zona megathrust di Indonesia

Di Indonesia, zona megathrust bukanlah hal baru. Zona sumber gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia. Zona megathrust berada di 6 zona subduksi aktif.

Di Indonesia, potensi gempa besar terjadi di zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Selain dua zona megathrust itu, Indonesia juga dikelilingi oleh 16 titik megathrust lainnya, berikut rinciannya:

  1. Aceh-Andaman
  2. Nias-Simeulue
  3. Kepulauan Batu
  4. Mentawai-Siberut
  5. Mentawai–Pagai
  6. Enggano
  7. Selat Sunda Banten
  8. Selatan Jawa Barat
  9. Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur
  10. Selatan Bali
  11. Selatan NTB
  12. Selatan NTT
  13. Laut Banda Selatan
  14. Laut Banda Utara
  15. Utara Sulawesi
  16. Subduksi Lempeng Laut Pilipina.

Segmen zona megathrust di Indonesia sudah dapat dikenali potensinya.

Dilansir dari laman BPBD Provinsi Jogja, aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust disebut sebagai gempa megathrust dan tidak selalu berkekuatan besar.

Sebagai sumber gempa, zona megathrust dapat membangkitkan gempa berbagai magnitudo dan kedalaman.

Data hasil monitoring BMKG menunjukkan, justru “gempa kecil” yang lebih banyak terjadi di zona megathrust, meskipun zona megathrust dapat memicu gempa besar.

Baca juga: Mengenal Megathrust Selat Sunda, Berpotensi Gempa Besar dan Tsunami

Halaman:


Terkini Lainnya
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Siapa Mukhtarudin yang Dilantik Prabowo Jadi Menteri P2MI Kabinet Merah Putih?
Tren
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Daftar Nama Menteri yang Dilantik Prabowo Hari Ini
Tren
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa 'Orang Seram'
Ramai Diperbincangkan, Perusahaan di Jepang Punya Layanan Sewa "Orang Seram"
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau