KOMPAS.com - Pernyataan Presiden Prabowo tentang keinginan memperluas lahan kelapa sawit menjadi sorotan.
Menurutnya, ekspansi sawit diperlukan karena merupakan komoditas strategis dan banyak negara yang bergantung pada sumber daya ini.
Prabowo juga mengatakan, penanaman kelapa sawit tidak menyebabkan deforestasi.
"Saya kira ke depan kita harus tambah tanam kelapa sawit. Enggak usah takut apa itu katanya membahayakan, deforestation, namanya kelapa sawit ya pohon, ya kan?," ujarnya saat berpidato dalam acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Gedung Bappenas, Jakarta, Senin (30/12/2024).
Lantas, benarkah sawit tidak menyebabkan deforestasi?
Baca juga: Kronologi Awal Penyekapan Seorang Pria di Duren Sawit Selama 3 Bulan
Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Yanto Santosa mengatakan, deforestasi yang disebut presiden dapat dilihat dalam konteks yang berbeda.
Jika yang dimaksud adalah alih fungsi lahan dari hutan menjadi kawasan yang bukan ditujukan untuk kegiatan kehutanan, mengubah status hutan menjadi kebun sawit memang termasuk deforestasi.
Namun, jika statusnya tidak berubah dan merupakan hutan sekunder atau sudah tidak produktif, menanam sawit bukanlah deforestasi.
"Tergantung dari konteks apa, karena ada dua hal berbeda. Kalau hutan tidak berubah dari dulu alang-alang, sekunder yang tidak produktif lalu diubah menjadi tanaman sawit, itu tidak deforestasi," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/1/2024).
Baca juga: Untuk Kali Pertama, Kamera Menangkap Keberadaan Suku Terasing Hutan Amazon
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukannya pada 2011-2015 di tujuh provinsi, sebagian lahan sawit di Indonesia ditanam di hutan sekunder dan bukan hutan primer yang masih utuh atau alami.
Sehingga, apa yang dikatakan presiden mengenai sawit tidak menyebabkan deforestasi ada benarnya.
"Penelitian saya menyangkal tudingan semua sawit di Indonesia berasal dari deforestasi, karena 75 persen justru berasal dari tipe tutupan lahan, sedangkan hanya satu hingga tiga persen yang diduga dari hutan primer," paparnya.
Yanto juga membenarkan bahwa sawit adalah pohon yang bisa menyerap CO2, meski bukan paling efektif.
Baca juga: Setelah Sawit Bukan Tanaman Hutan, Apa Langkah Selanjutnya?
Dia pun mengaku mendukung keputusan presiden untuk memperluas lahan sawit, jika ditanam di hutan yang sudah rusak dan tidak produktif, bukan di hutan primer.
"Saya sepakat dengan Pak Presiden, Indonesia saat ini masih memiliki hutan yang terdegradasi atau rusak, ada mungkin 11,5 juta hektare," ucapnya.