KOMPAS.com - Pendiri merek jam tangan mewah Rolex, Hans Wilsdorf diduga menjadi simpatisan Nazi dan bahkan sempat dicurigai sebagai mata-mata.
Sebagaimana diberitakan NDTV, Sabtu (9/8/2025), arsip intelijen era Perang Dunia II yang diberi label MI5 “Kotak 500” mengungkap catatan tentang Hans Wilsdorf.
Dokumen bertanggal 1941–1943 itu menggambarkan Wilsdorf sebagai sosok yang masuk daftar hitam, diduga melakukan aksi spionase (mata-mata) dan merupakan simpatisan kuat terhadap rezim Adolf Hitler.
Meski telah menjadi warga negara Inggris melalui naturalisasi, laporan tersebut mencatat bahwa MI5 memandangnya sebagai ancaman potensial bagi kepentingan Sekutu.
Dalam catatan tahun 1943, disebutkan bahwa Wilsdorf dan istrinya merupakan pemegang saham mayoritas perusahaan, sementara ia dicurigai terlibat dalam kegiatan mata-mata untuk kepentingan musuh.
Baca juga: Prabowo Hadiahi Jam Rolex ke Pemain Timnas, Ini Spesifikasi dan Kisaran Harganya
Dikutip dari The Telegraph, Sabtu (9/8/2025), Hans Wilsdorf merupakan pria kelahiran Bavaria, Jerman pada 1881.
Wilsdorf kemudian pindah ke London pada 1903 untuk membuat jam tangan di kawasan Hatton Garden.
Ia kemudian mendirikan merek Rolex, menikahi perempuan Inggris bernama Florence Crotty dan memindahkan kantor pusat ke Jenewa, Swiss, pada 1919.
Namun, pada 1941, laporan konsul Inggris di Jenewa menyebut Wilsdorf terkenal karena simpati kuat terhadap Nazi.
Saudaranya, Karl, bahkan disebut sebagai anggota aktif Kementerian Propaganda Joseph Goebbels.
Laporan itu menuduh Karl memanfaatkan Hans untuk menyebarkan propaganda Nazi secara global hingga membuatnya berada di bawah pengawasan polisi federal Swiss.
Baca juga: Mengenal Sejarah dan Asal-usul Rolex, Jam Tangan Mewah yang Dibeli Edhy Prabowo
Salah satu tindakan yang paling menarik perhatian intelijen adalah keputusan Wilsdorf memberi jam tangan Rolex gratis kepada tawanan perang (POW) Inggris di kamp-kamp Jerman.
Pada 1940, Kopral Clive Nutting yang ditahan di kamp Stalag Luft III di Polandia, meminta pengganti setelah jam Rolex miliknya disita.
Wilsdorf mengirimkan jam baru dan meminta agar pembayarannya ditunda hingga perang usai.
Meski tampak sebagai aksi kemanusiaan, dokumen MI5 menilai motifnya patut dicurigai.