KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, jumlah anak yang mengalami obesitas melampaui mereka yang kekurangan berat badan.
Laporan terbaru Unicef mengungkapkan, 1 dari 5 anak dan remaja berusia 5–19 tahun di dunia mengalami kelebihan berat badan.
Disebutkan juga bahwa angka anak obesitas saat ini melonjak menjadi tiga kali lipat dalam 20 tahun terakhir.
Seorang anak disebut kelebihan berat badan bila bobotnya jauh di atas standar sehat untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
Sementara, obesitas adalah bentuk lebih parah dari kelebihan berat badan, dengan risiko jangka panjang seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Obat Baru yang Dinilai Efektif Atasi Obesitas dan Diabetes
Dalam laporan berjudul Feeding Profit: How Food Environments are Failing Children yang dirilis September 2025, Unicef mengambil data anak-anak di lebih dari 190 negara sejak tahun 2000.
Hasilnya, jumlah anak dengan berat badan berlebihan melonjak dari 194 juta menjadi 391 juta, dan sebagian besar tergolong obesitas.
Jika dibuat dalam bentuk persen, angka obesitas melonjak dari 3 persen menjadi 9,4 persen.
Artinya, angka obesitas anak naik lebih dari 3 kali lipat dalam 25 tahun atau 2 dekade lebih.
Sementara itu, prevalensi kekurangan berat badan turun dari hampir 13 persen pada tahun 2000 menjadi 9,2 persen.
Kondisi ini terjadi di hampir semua wilayah dunia, kecuali Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan.
Baca juga: Obesitas Sentral Marak di Kalangan Perempuan, Pakar Jelaskan Gejala dan Bahayanya
Dikutip dari CNN, Rabu (10/9/2025), Direktur Eksekutif Unicef, Catherine Russell mengatakan, penyebab jutaan anak di dunia jadi obesitas karena peralihan pola makan.
Menurutnya, perilaku perubahan pola makan tradisional ke makanan impor murah (makanan ultra-proses) dan tinggi kalori menjadi penyebab utama anak-anak jadi obesitas.
“Obesitas adalah masalah yang terus berkembang," ujar Russel.
"Makanan ultra-olahan menggantikan buah, sayuran, dan protein, padahal nutrisi sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan kesehatan mental anak,” lanjut dia.
Baca juga: Benarkah Biaya Anak Perempuan 2 Kali Lipat Lebih Besar dari Anak Laki-laki? Ini Kata Ekonom