BANDUNG BARAT, KOMPAS.com – Kesabaran warga Kampung Lebaksari, Desa Mekarsari, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, sudah habis.
Mereka menuding pemerintah daerah tak kunjung memberi solusi atas banjir yang melanda wilayah mereka setiap tahun sejak 2019.
Sebagai bentuk protes, warga memasang spanduk bernada sindiran dan tuntutan di jalur utama menuju kantor Pemkab Bandung Barat.
Banjir yang melanda permukiman mereka bukanlah peristiwa sepele. Puluhan rumah terendam banjir dari luapan irigasi yang menyempit diduga imbas proyek kereta cepat.
Baca juga: Viral Jalan Batujajar Bandung Barat Macet Total, Polisi Beberkan Penyebab Sebenarnya
Terbaru, pada 15 Maret 2025, luapan sungai merendam 48 rumah, memutus jalur Padalarang–Cisarua, melumpuhkan akses menuju kantor Pemkab dan merendam sentra kuliner di bahu jalan.
"Jadi kalau hujan turun pasti di sini banjir akibat luapan dari sungai. Kenaikan muka air tergantung tingkat deras hujan dan waktunya. Kalau lama bisa sampai 2 meter. Kemarin saja hujan sebentar sudah naik ke jalan," ujar Enok Siti Aminah (65) saat ditemui, Selasa (12/8/2025).
Enok menegaskan, pemerintah hanya pandai berjanji tanpa aksi nyata.
Sejak banjir pertama kali melanda pada 2019, Pemkab Bandung Barat berjanji akan menuntut PT KCIC untuk mengganti kerugian atas dampak banjir.
"Katanya mereka siap mengeruk sungai sebagai antisipasi banjir, tetapi sampai sekarang enggak ada. Terus pembenahan gorong-gorong juga nihil. KCIC juga janji beri kompensasi karena banjir ini salah satunya akibat proyek mereka, itu juga gak ada sampai sekarang," kata Enok.
Baca juga: Prabowo Resmikan 6 Kodam Baru di Bandung Barat Pekan Ini, Catat Daftarnya
Warga geram karena alasan klasik soal minimnya anggaran kembali dilontarkan.
Hampir setiap tahun, warga menagih janji kepala daerah, tetapi hasilnya nihil.
"Kalau untuk konser musik atau kunjungan keluar daerah atau rapat di hotel ada, tapi buat mengeruk sungai gak ada kan aneh," ucap Enok.
Agusni (63) menyebut akar masalah banjir terletak pada tata kelola pengairan yang buruk.
Semua limpasan dari perkantoran Pemkab, Kampung Kiara Payung, dan Kebon Kalapa bermuara ke gorong-gorong kecil di Lebaksari yang sudah dangkal.
"Kami ingin minimal pemerintah angkat sedimentasi sungainya sebagai solusi jangka pendek. Tapi, itu pun tidak dilakukan, kita sudah gonta-ganti tiga kali bupati, enggak ada penanganannya. Kami ingin KDM (Gubernur Jabar Dedi Mulyadi) juga turun karena ini jalan provinsi," sebut Gusni.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini