BANDUNG BARAT, KOMPAS.com – Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Saguling di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, resmi dimulai.
Seremoni peletakan batu pertama berlangsung di bantaran Waduk Saguling, dengan total investasi mencapai Rp1 triliun.
Proyek ini diproyeksikan dapat menyerap 400 tenaga kerja lokal selama 15 bulan masa konstruksi.
Baca juga: Pencemaran Merkuri Ancam Rantai Ekologi, Air dan Ikan di Waduk Cirata-Saguling Diperiksa
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta menyatakan, proyek ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan energi terbarukan setelah disahkannya Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
“Ini yang pertama setelah RUPTL 2025–2034. Kalau Cirata itu sudah berjalan sebelumnya. Proyek Saguling ini ground breaking pertama setelah itu,” ungkap Bernadus saat ditemui usai acara tersebut, Kamis (26/9/2025).
PLTS Terapung Saguling dirancang dengan kapasitas 60 MWac atau setara 85 MWp.
Fasilitas ini diproyeksikan dapat menghasilkan lebih dari 130 GWh listrik setiap tahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan 50.000 rumah tangga.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Belasan Ton Ikan Mati di Keramba Waduk Saguling
Selain itu, proyek ini diperkirakan dapat menekan emisi gas rumah kaca hingga 104.000 ton CO₂ per tahun.
Meskipun dibangun di atas perairan waduk, Bernadus menegaskan, pemanfaatan area waduk tidak akan mengganggu biota maupun fungsi utama waduk sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan irigasi.
“PLTS hanya akan memanfaatkan kurang dari 5 persen area waduk,” jelasnya.
Ia menambahkan, teknologi panel terapung lebih efisien karena suhu permukaan air yang lebih rendah dibanding daratan.
Penutupan permukaan air juga membantu mengurangi penguapan.
Proyek ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Perpres Nomor 109 Tahun 2020, yang diamanati pemerintah untuk mendukung pencapaian bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025, serta target Net Zero Emission pada 2060.
Pelaksanaan konstruksi akan mengacu pada standar Environmental and Social Management System (ESMS).
“Selain itu, perusahaan juga menyiapkan program tanggung jawab sosial seperti pelatihan tenaga kerja lokal dan pemantauan lingkungan secara berkala,” tuturnya.