"Sudah biasa sih, tapi tetap saja khawatir. Kalau malam suka cepat naik," ujarnya.
Sementara itu, Siti Nurhasanah (52), warga lain di kawasan tersebut, mengungkapkan warga mulai menyimpan persediaan makanan dan air bersih sejak awal hujan turun.
"Kalau sudah begini, kami tahu harus siap apa. Air bersih paling rawan karena sumur biasanya keruh. Jadi, kami simpan air galon cadangan," ujarnya.
Siti mengatakan, sebagian warga perempuan tetap melakukan aktivitas rumah tangga seperti memasak dan mencuci, meski dengan keadaan air yang menggenang di halaman rumah.
"Ya mau bagaimana lagi. Kegiatan tetap jalan, tapi lebih lambat. Kalau malam dingin sekali, apalagi kalau hujan masih turun," tambahnya.
Di ujung kampung, beberapa anak muda terlihat membantu memindahkan barang-barang dari rumah seorang warga lanjut usia yang rumahnya berada di dataran lebih rendah.
Mereka menggunakan gerobak dorong yang dimodifikasi.
Situasi berjalan dengan gotong-royong tanpa banyak perintah.
Salah satu dari mereka, Asep Ramdani (29), mengaku khawatir air akan naik lebih tinggi jika hujan tidak kunjung reda.
"Sekarang yang penting kami bantu-bantu. Kalau air nambah, evakuasi bisa makin banyak. Kami sudah biasa begini setiap musim hujan, tetapi tetap saja harus siap,” ucapnya.
Asep menyebutkan bahwa warga juga mengikuti informasi terbaru dari grup WhatsApp kampung yang dikelola ketua RT dan relawan kebencanaan.
Informasi dari BPBD, kondisi sungai masih fluktuatif dan berpotensi meningkat jika wilayah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung kembali diguyur hujan.
Baca juga: Dayeuhkolot Bandung Kembali Terendam Banjir, Warga Bersiaga Sejak Dini Hari
Lampu-lampu rumah yang remang akibat genangan air menciptakan suasana tenang namun penuh kewaspadaan.
Di beberapa titik terdengar suara mesin genset milik warga yang mengantisipasi padamnya aliran listrik.
Sebagian warga laki-laki memilih tetap berada di luar rumah hingga larut malam. Mereka duduk di kursi plastik atau berdiri di pinggir jalan kampung, memantau perkembangan air sambil berbincang pendek.