Buku 8 Langkah Meraih Impian Setiap orang pasti memiliki impian.
Namun, sering kali impian yang kita miliki belum tentu sejalan dengan harapan orang-orang terdekat, terutama orang tua.
Dalam situasi seperti ini, bagaimana cara menyelaraskan impian tanpa menimbulkan konflik atau menyakiti hati mereka?
Jawabannya dimulai dari satu kata: dialog.
Ya, dialog atau ngobrol menjadi langkah awal yang sangat penting.
Orangtua pada dasarnya tidak ingin membatasi impian anak-anaknya.
Tapi sebagai anak, kita juga perlu sadar diri dan memahami posisi kita.
Keinginan kita harus dibarengi dengan sikap santun dan penuh hormat.
Maka dari itu, komunikasi yang baik sangat diperlukan.
Sampaikan impian Anda dengan bahasa yang santun, suara yang tenang, dan pada momen yang tepat.
Misalnya, saat makan malam bersama atau ketika suasana hati mereka sedang nyaman.
Ini bukan soal menyampaikan keinginan dengan keras, tapi menyentuh hati mereka lewat tutur kata yang tulus dan penuh pertimbangan.
Setelah dialog terbuka dilakukan, tahap berikutnya adalah mencari titik tengah.
Mungkin impian Anda terasa terlalu jauh atau tidak masuk akal bagi orangtua.
Contoh sederhana, Anda ingin mobil dua pintu yang keren seperti Mini Cooper, sementara orangtua ingin mobil besar yang bisa muat banyak orang seperti Innova.
Tampaknya kontradiktif, tapi bukan berarti tidak ada solusinya.
Coba pikirkan alternatif yang bisa menjembatani keinginan keduanya—misalnya mobil besar tapi tetap mewah, seperti Alphard.
Ini adalah contoh bagaimana kompromi bisa dilakukan tanpa menghilangkan nilai dari impian Anda.
Namun, tidak semua hal bisa diselesaikan hanya dengan logika dan kompromi.
Karena itu, langkah penting lainnya adalah melibatkan Allah melalui istikharah.
Baca buku sepuasnya di Gramedia Digital Premium
Sering kali, kita hanya melakukan shalat istikharah saat akan menikah, padahal istikharah bisa dilakukan dalam banyak keputusan penting, termasuk menentukan arah hidup dan impian.
Dalam istikharah, kita mengakui bahwa ada keterbatasan dalam pengetahuan dan perencanaan kita sebagai manusia.
Kita memohon agar Allah menunjukkan mana pilihan yang terbaik, bukan hanya untuk diri kita secara pribadi, tapi juga untuk agama dan kehidupan secara menyeluruh.
Ini akan membawa ketenangan hati dalam mengambil keputusan dan menjalani prosesnya.
Namun, bagaimana jika setelah dialog, kompromi, dan istikharah, Anda masih belum menemukan titik temu? Di sinilah pentingnya mengalah dengan ikhlas.
Bukan berarti menyerah, tapi memberi ruang untuk kehendak orang tua atau pasangan dengan tetap menjaga hati yang lapang.
Mungkin saja hal yang Anda yakini sebagai impian terbaik ternyata bukan yang terbaik menurut Allah.
Bisa jadi, pilihan yang tidak Anda sukai justru mengandung kebaikan yang belum Anda sadari saat ini.
Ada banyak ‘blind spot’ dalam hidup yang baru terlihat seiring waktu.
Mengalah bukan berarti kehilangan mimpi.
Kadang, mengalah hari ini justru membuka jalan untuk impian yang lebih besar di masa depan.
Yang terpenting adalah tetap menjaga semangat untuk bermimpi dan berjuang, sambil terus melibatkan keluarga dalam prosesnya.
Sampaikan impian Anda dengan rendah hati.
Minta restu mereka, minta doa mereka karena dukungan dan rida orangtua adalah salah satu kekuatan terbesar dalam meraih kesuksesan.
Jadi, jangan ragu untuk bermimpi besar.
Tapi jangan lupa, beranilah juga menyampaikan impian itu dengan cara yang bijak.
Karena impian yang selaras dengan doa dan dukungan keluarga akan terasa jauh lebih ringan untuk diwujudkan.
Jika Anda sedang mencari panduan yang jelas, praktis, dan menyentuh hati untuk mewujudkan impian, maka buku 8 Langkah Meraih Impian: Dapat Dibuktikan dalam 40 Hari adalah jawabannya.
Buku ini akan membantu Anda memahami proses meraih mimpi dengan langkah yang terarah, penuh makna, dan sesuai dengan nilai hidup Anda.
Beli buku ini sekarang juga di toko buku Gramedia, Gramedia.com, atau Gramedia Digital untuk versi digitalnya.