JAKARTA, KOMPAS.com - Miopi atau rabun jauh, lebih familiar disebut dengan mata minus, pada anak ternyata bisa dicegah dengan mengajak mereka untuk lebih aktif beraktivitas di luar ruangan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 2014-2019 Prof. Nila F Moeloek mengatakan bahwa otot mata saat berada di luar ruangan cenderung lebih sering melihat obyek yang jaraknya jauh.
“Jadi, otot mata tidak melihat obyek secara dekat lagi (seperti di dalam ruangan),” tutur Direktur Eksekutif Indonesia Health Development Center ini saat ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (9/10/2025).
Prof. Nila menganjurkan agar guru-guru di sekolah mengimbau anak-anak berkegiatan di luar ruangan saat jam istirahat, dan tentunya tanpa bermain gawai.
“Supaya anak bisa melihat jauh, ‘mengistirahatkan’ mata, melatih otot mata (melihat jarak jauh),” ujar Prof. Nila.
Baca juga: 1 dari 3 Anak di Dunia Alami Rabun Jauh
Selain itu, setiap kali anak beraktivitas dalam ruangan sambil menatap sesuatu secara dekat, misalnya membaca atau memakai gawai ajak anak untuk menerapkan langkah 20-20-20.
Langkah 20-20-20 dalam menjaga kesehatan mata adalah melihat sebuah obyek yang berjarak 20 kaki atau sekitar enam meter, selama 20 detik setiap setelah melihat sesuatu yang berjarak dekat selama 20 menit.
Dokter mata yang berpraktik di Siloam Hospitals Menteng, dr. Kianti Raisa Darusman, SpM(K), menambahkan bahwa cahaya matahari juga bisa membantu mencegah mata anak minus.
“Paparan matahari berbeda dengan cahaya artifisial dalam ruangan, dan bisa membantu mensekresi dopamin di retina,” ujar dr. Kianti.
Baca juga: Skrining Kesehatan Mata untuk Anak Lewat Web Cermata
Menurut dr. Kianti, keberadaan dopamin di retina dapat membantu mencegah bola mata tidak memanjang, yang mana bisa membuat penglihatan jarak jauh menjadi tidak jelas.
Namun, apabila sudah terlanjur terjadi miopi atau mata minus, paparan cahaya matahari tidak bisa membuatnya menghilang, hanya mencegah jumlah minus semakin bertambah.
Pemakaian kacamata koreksi sesuai kondisi miopi yang diidap juga perlu agar anak bisa beraktivitas, belajar, dan bersosialisasi dengan optimal.
“Enggak bisa sembuh sendiri karena memang bola mata sudah panjang, bertumbuh melebihi normal,” terang dr. Kianti.
Baca juga: 52,3 Persen Anak SD Sulit Beraktivitas karena Gangguan Penglihatan
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang