JAKARTA, KOMPAS.com - Pernah merasa mendadak jantung berdebar kencang, padahal sedang tidak berolahraga, tidak gugup, dan tidak minum kopi? Kadang datangnya hanya sebentar, lalu hilang begitu saja.
Menurut dokter, kondisi seperti ini sebaiknya tidak dianggap sepele. Jantung berdebar tanpa sebab bisa menjadi pertanda adanya gangguan irama jantung atau aritmia.
Baca juga:
“Jantung kita punya sistem listrik sendiri yang membuatnya berdetak teratur. Tapi kalau sistem listrik ini terganggu, iramanya bisa jadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan sama sekali,” dr. Sebastian Andy, Sp.JP, Subsp. Ar(K), FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah subspesialis aritmia dari Primaya Hospital dalam acara Primaya Fair 2025 di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (15/10/2025).
dr. Sebastian Andy Manurung, Sp.JP.Subsp.Ar(K), FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dalam acara Primaya Fair 2025 di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (15/10/2025).Menurut dr. Sebastian, aritmia tidak selalu muncul terus-menerus. Kadang datang dan pergi tanpa pola yang pasti. Oleh karena itu, banyak orang menyepelekannya.
“Kadang dia (aritmia) ada saatnya muncul beberapa saat, tapi kan itu cukup mengganggu. Dan dia bisa muncul lagi, sampai akhirnya jadi permanen kalau dibiarkan. Jadi kalau gejalanya sering muncul berulang, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan,” lanjutnya.
Dr. Sebastian menambahkan, aritmia bisa muncul walau seseorang tampak sehat. Bahkan, pada beberapa orang, aritmia muncul tanpa penyebab yang jelas sama sekali.
Salah satu tanda aritmia yang perlu diwaspadai adalah detak jantung yang terlalu cepat tanpa alasan jelas.
“Kalau misalnya sedang duduk santai atau nonton TV tapi tiba-tiba detak jantungnya bisa 180 sampai 200 kali per menit, itu bukan hal yang normal. Itu perlu diperiksa,” tuturnya.
Selain itu, aritmia yang dibiarkan tanpa penanganan bisa menimbulkan berbagai komplikasi serius, seperti strok. Hal ini terjadi ketika detak jantung yang tidak beraturan, membuat jantung bekerja tidak efisien, bahkan membentuk gumpalan darah di dalam jantung.
"Irama jantung yang tidak beraturan seperti itu yang sumbernya sangat banyak di sebelah atas jantung itu. Sehingga dia menembaknya sembarangan terus, sehingga mendebar-debarkan jantung yang tidak teratur," paparnya.
"Dari bagian jantung ini, kemudian akan dikirim bekuan darahnya ke otak sehingga gumpalan itu akan mengestok pembuluh darah jantung itu mengudara di otak," jelasnya.
Selain strok, aritmia yang tidak tertangani juga berpotensi menyebabkan gagal jantung atau kematian mendadak, terutama bila ritme jantung berhenti tiba-tiba.
Baca juga:
Jantung berdebar kencang mendadak bisa menjadi pertanda adanya gangguan irama jantung atau aritmia. Simak penjelasan dokter.Menurut dr. Sebastian, langkah paling sederhana untuk mengenali adanya kelainan irama jantung adalah dengan meraba nadi sendiri atau bisa memperhatikan detak jantung melalui smartwatch.
“Sekarang banyak pasien yang datang ke rumah sakit sambil menunjukkan hasil smartwatch-nya. Kadang alat itu sudah memberi peringatan kalau ada ritme jantung yang tidak beraturan, padahal orangnya belum merasakan apa-apa,” ujarnya.
Meski begitu, dr. Sebastian menekankan bahwa hasil dari alat tersebut tetap perlu dikonfirmasi melalui pemeriksaan medis seperti elektrokardiogram (EKG).
Baca juga:
Sebagai langkah pencegahan, dr. Sebastian mengingatkan masyarakat untuk tidak mengabaikan sinyal yang diberikan tubuh, termasuk perubahan detak jantung.
“Kalau sering merasa jantung berdebar tanpa sebab, jangan dibiarkan. Segera periksa,” ucapnya.
Jantung berdebar tanpa sebab memang bisa muncul sesaat dan hilang sendiri, tapi jika terjadi berulang, jangan diabaikan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang