KOMPAS.com - Dalam kehidupan sehari-hari, beberapa orang sering mengaitkan sakit kepala dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Begitu kepala terasa berat atau berdenyut, muncul kekhawatiran bahwa tensi sedang naik.
Namun, benarkah demikian?
Baca juga: Waspadai Tekanan Darah Tinggi, Ini Pertolongan Pertama Jika Pasien Tak Sadarkan Diri
Menurut dr. Zicky Yombana Babeheer, Sp.N,. AIFO-K., DAIFIDN., CPS., tekanan darah tinggi tidak menyebabkan sakit kepala.
“Tekanan darah tinggi menyebabkan sakit kepala, bener enggak? Hoaks ya,” tegasnya dalam acara OMRON: World Stroke Day 2025 di wilayah Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Sakit kepala bikin tensi naik, bukan sebaliknya
Lebih lanjut, Zicky menjelaskan bahwa hubungan antara sakit kepala dan tekanan darah tinggi masih sering salah dipahami oleh masyarakat.
Banyak orang beranggapan, ketika kepala terasa berdenyut, berarti tekanan darahnya sedang naik. Padahal, yang terjadi justru sebaliknya.
“'Dok, kalau saya lagi sakit kepala, tensi saya tinggi.' Bukan begitu. Tapi karena sakit kepala, maka tensinya naik. Bukan karena tensi naik jadi sakit kepala,” ujarnya.
Selain itu, bukan hanya sakit kepala yang bisa membuat tekanan darah naik. Setiap bentuk ketidaknyamanan pada tubuh, sekecil apa pun, dapat menimbulkan efek serupa.
“Setiap rasa tidak nyaman di tubuh kita pasti bikin tensi naik. Mau kepalanya sakit, mau cantengan, mau sariawan, pasti ditensi, tensinya naik,” terang Zicky.
Namun, Neurolog itu menekankan bahwa kondisi ini bukan tanda dari hipertensi kronik, melainkan reaksi tubuh sementara. Misalnya ketika seseorang mengalami luka kecil, tubuh akan menimbulkan sedikit respons stres yang berdampak pada tekanan darah.
“Apakah tensi naik bikin sariawan? Ya enggak kan,” katanya.
Meski tidak berkaitan dengan sakit kepala, Zicky menegaskan bahwa hipertensi tetap berbahaya.
Penyakit ini sering kali tidak menimbulkan keluhan sama sekali, tetapi perlahan merusak organ penting di dalam tubuh.
“Hipertensi bahaya banget. Faktanya, hipertensi is a silent killer. Dia tidak memberi gejala sampai memberikan komplikasi pada organ-organ,” tegasnya.
Jika tekanan darah tinggi tidak dikendalikan, dampaknya bisa sangat serius. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ vital, seperti jantung, otak, ginjal, pembuluh darah, dan mata.
Baca juga: Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
“Bisa terjadi serangan jantung, bisa terjadi serangan stroke, bisa terjadi gagal ginjal yang menyebabkan cuci darah, bisa menyebabkan penyakit pembuluh darah tepi yang menyebabkan kaki bisa diamputasi, bisa menyebabkan kebutaan atau kerusakan retina mata,” ungkap Zicky.
Selain itu, Zicky juga menepis anggapan bahwa obat darah tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal.
Menurutnya, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol justru menjadi faktor yang merusak ginjal.
“Hipertensi bisa menyebabkan gagal ginjal kronik, bukan obat hipertensi yang membuat gagal ginjal, itu hoaks,” terangnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang