KOMPAS.com - Saat seseorang mengalami serangan stroke, waktu menjadi penentu.
Penanganan medis harus dilakukan secepat mungkin, idealnya dalam waktu 4,5 jam sejak gejala pertama kali muncul.
Penundaan penanganan dapat memperburuk kerusakan jaringan otak dan menurunkan peluang pemulihan pasien.
Baca juga: Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
“Kalau serangan stroke harus ngapain? Tidak usah bingung. Harus dibawa ke rumah sakit dalam waktu 4,5 jam paling baik,” ungkap dr. Zicky Yombana Babeheer, Sp.N,. AIFO-K., DAIFIDN., CPS. dalam acara OMRON: World Stroke Day 2025 di wilayah Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Dalam dunia medis, 4,5 jam pertama sejak gejala stroke muncul disebut sebagai golden period. Pada fase ini, pasien masih memiliki kesempatan besar untuk mendapat penanganan efektif dari dokter.
Sebaliknya, makin lama pasien dibiarkan tanpa tindakan medis, kerusakan jaringan otak akan terus meluas.
Melansir Cleveland Clinic, dalam kurun waktu 4,5 jam, jaringan otak yang kekurangan oksigen (penumbra) dapat diselamatkan dengan terapi medis, yaitu tissue plasminogen activators (tPA).
Setelah melewati batas waktu tersebut, efektivitas penanganan tPA akan menurun signifikan, sementara risiko komplikasi perdarahan otak meningkat.
Selain itu, Keterlambatan penanganan pada pasien juga menyebabkan kerusakan jaringan otak yang berkembang cepat, sehingga makin banyak bagian otak yang dapat mengalami kerusakan permanen.
Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang terjadi karena aliran darah ke otak terganggu.
Hal tersebut timbul karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Akibatnya, bagian otak yang terdampak tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Baca juga: Kenali Atrial Fibrilasi, Gangguan Irama Jantung yang Bisa Picu Stroke
Selain itu, umumnya stroke muncul secara mendadak tanpa adanya gejala terlebih dahulu.
Dalam beberapa kasus, stroke sering kali terjadi saat seseorang sedang melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan ketika tidur.
Sayangnya, masih banyak orang yang salah dalam merespons gejala stroke. Ketika seseorang secara mendadak terkena serangan stroke, keluarga atau orang di sekitarnya kerap mencoba memberi pertolongan pertama dengan cara tradisional.
Menurut dr. Zicky, tindakan tradisional, seperti menusuk jari, memberikan minum, atau mengoleskan minyak pada tubuh pasien tidak akan membantu mengatasi serangan stroke.
“Jangan kelincahan, tusuk jari, kasih teh manis, kasih minyak-minyakan. Tidak usah. Langsung bawa ke rumah sakit,” tegasnya.
Dr. Zicky juga mengingatkan, saat serangan stroke terjadi, kemampuan menelan sering terganggu akibat melemahnya otot-otot di sekitar tenggorokan.
Akibatnya, cairan dapat masuk ke saluran pernapasan dan menyebabkan tersedak atau komplikasi pada paru-paru.
“Kalau kita kasih minum, sering kali otot menelannya terganggu. Dikasih teh manis akhirnya keselek, bisa pengaruh ke paru-paru,” jelas dr. Zicky.
Di sisi lain, berdasarkan data dalam Cleveland Clinic Journal of Medicine, setiap satu menit keterlambatan penanganan stroke dapat menghilangkan 1,9 juta sel neuron di otak manusia. Sedangkan, rata-rata otak manusia memiliki 130 miliar neuron.
Oleh sebab itu, masyarakat perlu memahami bahwa tidak ada tindakan rumah yang bisa menggantikan perawatan medis. Satu-satunya langkah paling tepat adalah membawa pasien ke rumah sakit secepatnya.
Supaya dapat mengambil tindakan cepat, masyarakat juga perlu mengenali tanda-tanda awal stroke. Gejala ini muncul secara mendadak, bahkan pada orang yang terlihat sehat atau baik-baik saja.
Baca juga: 4 Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Meningkatkan Riisiko Stroke
Perubahan kondisi pada seseorang yang terkena serangan stroke dapat dilihat dari respons tubuh yang muncul secara tiba-tiba
“Senyuman berubah, gerakan berubah, bicara berubah, kebas, pandangan yang rabun, sakit kepala yang hebat. Dan semua munculnya mendadak,” ungkap dr. Zicky.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang