Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/03/2023, 11:28 WIB
Nada Zeitalini Arani,
ADW

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berburu penganan dan minuman untuk berbuka puasa atau takjil menjadi aktivitas yang lekat dengan Ramadhan. Namun, takjil yang kebanyakan dibungkus menggunakan plastik sekali pakai dapat mencemari lingkungan.

Seperti diketahui, plastik memiliki sifat tidak mudah terurai sehingga dapat mencemari lingkungan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SIPSN KLHK) sampah plastik mencapai 18.000 ton atau 18,6 persen dari total sampah di Indonesia pada 2022.

Oleh sebab itu, selain upaya pemerintah melalui berbagai program dan kebijakan untuk mengurangi sampah plastik, diperlukan juga kesadaran masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam kegiatan sehari-hari.

Berikut Kompas.com merangkum tiga cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik saat membeli takjil.

1. Bawa botol dan wadah makanan sendiri dari rumah

Mmebawa wadah makanan dan botol minuman pribadi dari rumah saat membeli takjil merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengurangi sampah plastik. Pasalnya, kebanyakan penjual makanan dan minuman menggunakan plastik sekali pakai sebagai wadah.

Contohnya, saat membeli minuman kekinian, seperti kopi dan teh, sebaiknya bawa tumbler untuk mengurangi sampah gelas plastik.

Baca juga: Mengapa Sampah Plastik Bisa Membuat Lingkungan Rusak?

Kemudian, saat membeli makanan atau camilan takjil, bawa tempat makan guna ulang sendiri agar tidak menggunakan wadah pembungkus dari plastik atau styrofoam yang dapat merusak lingkungan.

2. Jangan pakai sedotan plastik

Minuman dingin merupakan salah satu menu takjil favorit banyak orang saat berbuka puasa. Biasanya, penjual akan memberikan sedotan plastik untuk setiap minuman yang dijual. Meski terlihat kecil, sampah sedotan plastik memiliki dampak yang cukup besar.

Diberitakan Kompas.com Selasa (23/2/2021), sampah sedotan plastik memiliki dampak lingkungan yang sama dengan sampah plastik lainnya, yakni lama terurai dan bisa menjadi mikroplastik. Bentuknya yang panjang dan runcing juga bisa menyakiti hewan.

Oleh karena itu, sebaiknya hindari menggunakan dan meminta sedotan plastik saat membeli minuman. Cara ini pun dapat menjadi langkah kecil yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan.

3. Bawa tas belanja ramah lingkungan

Membawa tas belanja juga menjadi cara yang efektif untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Sebagaimana diketahui, plastik sekali pakai berbahaya bagi lingkungan karena tidak mudah terurai.

Perlu diketahui, kantong plastik terbuat dari polietilen, yakni polimer sintetis yang berasal dari ratusan monomer yang dihubungkan oleh ikatan kimia. Jika menumpuk di tempat pembuangan sampah, bahan ini dapat mencemari lingkungan serta makhluk hidup.

Baca juga: Gaya Hidup Sehari-hari yang Bisa Menjaga Bumi

Oleh karena itu, sebaiknya selalu siapkan dan bawa tas belanja ramah lingkungan yang bisa digunakan berulang sebagai wadah belanja, terutama saat membeli berbagai menu takjil.

Itulah tiga cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai saat membeli takjil. Tak hanya di momen Ramadhan, kebiasaan ini bisa terus dilanjutkan di bulan lain sehingga menciptakan perilaku peduli lingkungan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau