Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Adat, Penjaga Alam dan Pengetahuan untuk Kedaulatan Pangan

Kompas.com - 22/07/2025, 10:12 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com — Perempuan, khususnya perempuan adat, memiliki peran penting dalam kedaulatan pangan dan keberlanjutan sosial. Namun, peran tersebut kerap kali diabaikan, hak-hak perempuan adat tidak diperhatikan.

Hal ini disampaikan oleh Laksmi Adriani Savitri, peneliti dari Center for Restoration and Regeneration Studies (CRRS), dalam diskusi publik bertajuk “Pengesahan UU Masyarakat Adat dan Jalan Pulang Daulat Pangan”, Senin (21/7/2025).

Menurut Laksmi, perempuan sering kali diberikan tugas-tugas yang dianggap wajar secara adat, agama, maupun norma sosial, yaitu tugas untuk menjaga keberlangsungan hidup. Dalam kajian sosial, ini dikenal sebagai bagian dari proses reproduksi sosial.

“Masalahnya, kenapa peran penting perempuan dalam reproduksi sosial ini justru dilihat sebagai tugas, seolah-olah itu kewajiban yang dibebankan, bukan sebagai hak?” ujar Laksmi.

Ia menjelaskan bahwa berdasarkan pengamatannya, perempuan punya peran besar, bukan hanya dalam merawat benih, membuat pupuk, dan menjaga tanaman. Mereka juga memasak hasil panen hingga tersaji di meja makan, dan bahkan memikirkan bagaimana caranya menghasilkan pendapatan dari kerja mereka.

“Karena itu, saya ingin kita mulai melihat peran perempuan dalam reproduksi sosial ini sebagai hak, bukan beban. Sebab, kehidupan bisa terus berlanjut hingga esok hari karena ada peran besar yang dimainkan oleh perempuan di dalamnya,” ujar Laksmi.

Baca juga: Ke PBB, Masyarakat Adat Desak Pemulihan Hak atas Wilayah Leluhur

Tidak hanya itu, pengetahuan perempuan adat juga memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologis dan sosial secara berkelanjutan.

Laksmi mencontohkan praktik egek, sebuah sistem seperti sasi, yang dijalankan oleh perempuan adat untuk memanen kekayaan alam laut atau sungai dengan tempo dan jumlah yang dibutuhkan saja.

“Mereka tau kata cukup dan memberi waktu bagi alam untuk kembali beregenerasi, agar bisa cukup untuk menghidupi semua secara berkelanjutan,” jelasnya.

Momen ketika egek dibuka dan panen dilakukan juga menjadi peristiwa sosial-ekologis penting. Hari panen tersebut dirayakan seperti hari besar, layaknya Lebaran atau Natal. Setelah panen selesai, wilayah itu kembali ditutup hingga waktu panen berikutnya.

Menurut Laksmi, hanya perempuanlah yang menjalankan egek, merawat alam, menentukan waktu panen, dan mengatur proses pemulihannya.

Namun, meskipun memainkan peran besar ini, perempuan masih menghadapi berbagai bentuk kekerasan, baik di tingkat rumah tangga maupun negara.

Baca juga: Perempuan, Masyarakat Adat, dan Pemuda Jadi Bagian dari Iklim

“Jika seorang perempuan tidak memasak makanan atau tidak melakukan pekerjaan domestik, mereka bisa mendapat sanksi, bahkan kekerasan di tingkat rumah tangga,” kata Laksmi.

Di tingkat negara, ancaman yang dihadapi perempuan tidak kalah nyata. Tanpa adanya perlindungan hukum yang tegas, seperti melalui Undang-Undang Masyarakat Adat, banyak perempuan yang terancam kehilangan akses terhadap tanah dan tidak bisa lagi melakukan kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Laksmi mencontohkan seorang perempuan adat bernama Mama Selly dari suku Moy di Desa Sakarun, Sorong. Meski tidak memiliki tanah, ia masih bisa tinggal di pinggir pantai karena sistem masyarakat adat mengizinkannya untuk hidup di sana. Ia juga bisa mengakses tanah pertanian, meski bukan milik suami atau keluarganya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau