JAKARTA, KOMPAS.com – Berbagai perusahaan di Indonesia kini menempatkan optimalisasi biaya modal sebagai prioritas utama dalam menghadapi tekanan ekonomi global.
Meski demikian, teknologi baru seperti Generative AI dan blockchain (83 persen) serta fokus pada keberlanjutan (76 persen) dinilai sebagai tren yang mampu mendorong efisiensi dan inovasi.
Hal ini merupakan temuan dari laporan terbaru Bank DBS bertajuk “New Realities, New Possibilities” yang menggali strategi keuangan perusahaan di tengah kompleksitas pasar dan disrupsi teknologi.
Baca juga: Kala Industri Contact Center Pakai Teknologi Kecerdasan Buatan
Survei ini melibatkan lebih dari 800 pemimpin keuangan di 14 negara dan tujuh sektor industri.
Tiga tantangan makroekonomi utama yang diidentifikasi adalah ketegangan geopolitik (58 persen), volatilitas inflasi dan suku bunga (57 persen), serta gangguan rantai pasok (55 persen).
“Bank DBS Indonesia menyadari bahwa para CFO kini menghadapi tantangan yang lebih luas—bukan hanya teknologi, tapi juga stabilitas likuiditas dan valuta asing,” ujar Head of Institutional Banking Group PT Bank DBS Indonesia, Anthonius Sehonamin dalam keterangan resminya, Kamis (24/7/2025).
Laporan ini menunjukkan bahwa 80 persen pemimpin keuangan Indonesia menjadikan optimalisasi biaya modal sebagai prioritas tertinggi. Hal ini berbeda dari tren global yang menempatkan pemanfaatan financial intelligence dan manajemen likuiditas di urutan teratas.
Kondisi ini mencerminkan respons terhadap pelemahan rupiah, tekanan perdagangan, dan inflasi yang masih berlangsung.
Selain itu, 78 persen responden Indonesia menilai kinerja ESG (Environmental, Social, Governance) sebagai agenda strategis utama. Diikuti oleh 76 persen responden yang menempatkan peningkatan aktivitas kebendaharaan sebagai prioritas untuk memperkuat efisiensi proses dan daya saing perusahaan.
Baca juga: Bapak AI Peringatkan Ancaman Kecerdasan Buatan Ambil Alih Manusia
“Di tengah ketidakpastian global dan disrupsi teknologi, pemimpin bisnis dituntut untuk adaptif dan inovatif. Evaluasi kinerja serta inovasi digital adalah kunci untuk pertumbuhan dan ekspansi,” ujar Head of Global Transaction Services PT Bank DBS Indonesia, Dandy Indra Wardhana Pandi.
Untuk menjawab tantangan ke depan, riset tersebut merekomendasikan tiga strategi utama bagi CFO dan treasurer di Indonesia.
Pertama, eksplorasi teknologi. Perusahaan perlu mengadopsi teknologi seperti Generative AI dan otomatisasi untuk memperkuat ketahanan keuangan.
Kedua, integrasi keberlanjutan ke dalam perencanaan keuangan melalui layanan konsultasi ESG guna memperluas akses pembiayaan hijau.
Ketiga, penataan ulang struktur modal, termasuk penyeimbangan utang dan ekuitas serta diversifikasi sumber pembiayaan jangka panjang.
Baca juga: AI Bantu Kurangi Miliaran Ton Karbon dari Sektor Pangan, Energi, dan Mobilitas
Laporan “New Realities, New Possibilities” merupakan edisi ketiga dari serial studi DBS yang dirancang untuk membantu profesional keuangan dan treasury dalam merespons dinamika ekonomi serta mengidentifikasi peluang pertumbuhan di tengah perubahan global yang cepat.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya