Bagi sebagian orang, perceraian sering dianggap sebagai tanda kegagalan dalam membangun rumah tangga.
Padahal, menurut Winona, keputusan berpisah tidak selalu berarti gagal mempertahankan hubungan.
“Perceraian ini bukan solusi tunggal yang instan, bukan juga sebuah kegagalan. Tapi kita perlu lihat apakah hubungan ini masih aman dan sehat untuk keduanya,” kata Winona.
Ia menegaskan, tujuan dari hubungan seharusnya adalah menciptakan relasi yang saling mendukung dan menumbuhkan.
Namun, ketika hubungan justru membuat seseorang merasa tertekan, kehilangan jati diri, atau mengalami gangguan emosional, berpisah bisa menjadi langkah untuk menyelamatkan kesejahteraan diri.
“Dalam beberapa kasus, kalau upaya perbaikan sudah banyak ditempuh, ternyata tidak kunjung membaik dan justru merusak mental diri sendiri, pasangan, dan kesehatan dalam relasi, maka melepaskan bisa jadi opsi,” ujar Winona.
Baca juga:
Lebih lanjut, Winona menjelaskan, perceraian bukan akhir dari perjalanan seseorang, melainkan proses adaptasi panjang untuk menemukan keseimbangan baru dalam hidup.
Seseorang yang mampu menerima realitas, memaafkan diri sendiri, dan belajar dari pengalaman sebelumnya cenderung lebih cepat pulih secara emosional.
Kesejahteraan hidup pasca-perceraian bergantung pada cara seseorang merespons perubahan itu, apakah dengan berlarut dalam penyesalan, atau dengan memilih untuk memperbaiki diri.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang