JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI mengungkap, urbanisasi menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan angka kemiskinan di Jakarta per Maret 2025.
Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, mengatakan, urbanisasi tidak bisa dilepaskan dari dinamika kemiskinan perkotaan, meskipun bukan satu-satunya penyebab.
"Ya, memang banyak faktor. Bukan hanya urbanisasi, tapi juga faktor-faktor lain yang boleh jadi terkait dengan kenaikan garis kemiskinan," kata Nurul dalam agenda rilis data statistik sosial-ekonomi di Kantor BPS DKI Jakarta, Jumat (25/7/2025).
Nurul mengatakan, urbanisasi berperan karena perpindahan penduduk dari daerah ke Jakarta kerap kali tidak diiringi dengan kesiapan ekonomi atau pekerjaan tetap.
Baca juga: Kemiskinan di Jakarta Naik Jadi 4,28 Persen, Penduduk Miskin Bertambah 15.800 Orang
Hal ini kemudian memperbesar kelompok rentan miskin di perkotaan.
“Pendatang baru yang belum memiliki tempat tinggal layak atau akses pekerjaan formal kerap masuk ke dalam kelompok rawan miskin dan menambah beban sosial di wilayah padat penduduk,” kata dia.
Naiknya garis kemiskinan dan inflasi disebut turut memperburuk kondisi daya beli warga berpenghasilan rendah di Ibu Kota.
Menurut dia, ketika garis kemiskinan meningkat, penduduk yang sebelumnya berada sedikit di atas garis itu bisa tergelincir menjadi miskin.
Baca juga: Wamensos: Pesan Prabowo, Kalau Orangtuanya Miskin, Anak-anaknya Tidak Harus Miskin
Dalam situasi tersebut, stabilitas harga kebutuhan pokok sedianya menjadi hal yang krusial.
“Ini penting, khususnya dalam konteks komponen kebutuhan pokok yang masuk dalam basket angka kemiskinan kita,” lanjut Nurul.
Sebelumnya data BPS menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025 mencapai 4,28 persen.
Angka ini naik 0,14 persen dibandingkan September 2024 yang sebesar 4,14 persen. Jumlah penduduk miskin juga bertambah menjadi 464.870 orang, naik sekitar 15.800 orang dari periode sebelumnya.
Garis kemiskinan Jakarta turut meningkat menjadi Rp 852.798 per kapita per bulan, naik 6,79 persen dari September 2024.
“Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya biaya hidup minimum yang harus dipenuhi warga,” tutur Nurul.
Nurul memaparkan, salah satu penyebab naiknya garis kemiskinan adalah inflasi tinggi yang terjadi sejak Oktober 2024 hingga Maret 2025. Bahkan, inflasi DKI pada periode itu tercatat lebih tinggi dari rata-rata nasional.