JAKARTA, KOMPAS.com – Kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang signifikan dapat semakin memperkuat narasi Bitcoin sebagai emas digital. Sejalan dengan itu, pasar kripto dan saham AS mengalami penguatan setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25 persen - 4,50 persen.
Keputusan ini membawa optimisme bagi investor, yang tercermin dari kenaikan indeks S&P 500 sebesar 1,08 persen, Nasdaq 1,41 persen, dan Dow Jones Industrial Average 0,92 persen.
Bitcoin juga merespons positif dengan menembus level 83.000 dollar AS dan sempat diperdagangkan di area 87.000 dollar AS. Sementara itu, Ethereum kembali naik ke level 2.000 dollar AS setelah sebelumnya bergerak dalam kisaran 1.800-1.900 dollar AS.
Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, menyatakan bahwa meredanya kekhawatiran investor telah mendorong reaksi optimistis terhadap aset berisiko seperti kripto dan saham AS.
Baca juga: Bitcoin Sentuh Rp 1,44 Miliar, Didukung Keputusan The Fed
"Sikap hati-hati namun optimistis The Fed turut memberikan sinyal kelegaan bagi pasar dan meningkatkan kepercayaan diri investor. Namun, reli Bitcoin selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh bagaimana pasar memandang risiko di tengah potensi inflasi yang masih membayangi. Sentimen positif dari perkembangan regulasi kripto pemerintah AS juga dapat menjadi katalis yang berpotensi mendorong kenaikan lanjutan," jelas Fahmi, melalui keterangannya, Kamis (20/3/2025).
Lebih lanjut, pertemuan The Fed juga menyoroti risiko stagflasi, yaitu kondisi di mana pertumbuhan ekonomi melambat tetapi inflasi tetap tinggi.
"Penundaan penurunan suku bunga dan volatilitas yang dipicu oleh kebijakan tarif masih bisa memberikan tekanan bagi pasar kripto dalam jangka pendek. Korelasi Bitcoin dengan saham AS yang cukup tinggi menjadi faktor yang terus diperhatikan investor terkait perannya sebagai inflation hedge. Meski demikian, jika inflasi naik signifikan, narasi Bitcoin sebagai emas digital berpotensi semakin menguat," tambahnya.
Baca juga: AS Bangun Cadangan Bitcoin, Apa Dampaknya untuk Regulasi Kripto RI?
Fahmi juga menyoroti potensi meningkatnya minat investor institusional terhadap Bitcoin dan Ethereum seiring dengan situasi pasar saat ini.
"Kemungkinan peluncuran ETF spot untuk aset kripto lain seperti Solana menjelang akhir tahun ini juga dapat memperkuat narasi altcoin. Saat ini, altcoin masih belum banyak mengalami kenaikan dan berpotensi menarik perhatian pasar jika ada sentimen positif yang mendukung," katanya.
Indikator Alts Buy Signal yang dikompilasi @cryptokoryo_research di platform Dune Analytics menunjukkan rekomendasi beli altcoin berada pada salah satu level terkuatnya. Data ini turut memperkuat proyeksi reli altcoin dalam waktu dekat.
"Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan sekitar 62 persen bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan Juni, yang dapat memicu reli di pertengahan tahun, meskipun sempat terjadi koreksi harga sebelumnya. Penurunan suku bunga akan meningkatkan likuiditas dan M2 money supply, yang secara historis berkaitan dengan siklus bullish utama Bitcoin. Namun, hal ini tetap bergantung pada bagaimana outlook pasca penurunan suku bunga dilakukan dan alasan utama yang melatarbelakanginya," jelas Fahmi.
Baca juga: Indodax Sebut Harga Bitcoin Turun dalam Ramadhan 5 Tahun Terakhir, Kenapa?
Meskipun pasar menunjukkan optimisme, investor tetap dihimbau untuk cermat dalam mengambil keputusan.
"Terlepas dari optimisme The Fed terhadap inflasi dan kekuatan ekonomi AS, ketidakpastian ekonomi ke depan masih relatif tinggi. Namun, dengan sejumlah potensi positif yang ada, investor dapat memanfaatkan situasi ini untuk mengakumulasi keuntungan serta melanjutkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) pada aset-aset yang dapat menyeimbangkan risiko, seperti kripto dan saham AS," pungkasnya.
Baca juga: Pasar Saham Berfluktuasi, Investor Beralih ke Aset Kripto
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini