Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dino Patti Djalal Sentil Efisiensi Anggaran Kemenlu, Sebut Diplomasi Bisa Lumpuh

Kompas.com - 13/04/2025, 16:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal mengusulkan pemerintah untuk melonggarkan pemotongan atau efisiensi anggaran Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) agar memperlancar diplomasi.

Hal itu dia ungkapkan dalam The Yudhoyono Institute Panel Discussion yang juga dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir di Jakarta, Minggu (13/4/2025).

"Mohon maaf sekali Pak Wakil Menteri normalkan anggaran Kemenlu, saya paham sekali, anggaran yang harus ditekan ya tapi kalau memang anggaran perjalanan dinas keluar negeri untuk departemen itu semuanya dipangkas paling enggak itu bisa dikompromikan dengan anggaran Kemenlu yang tetap dijaga atau enggak bahkan ditingkatkan," ujarnya.

"Kenapa? Karena kita mempunyai Presiden yang sangat aktif sekali ke Qatar, ke Emirat, ke India, ke Mesir, ke mana-mana dan semuanya memerlukan follow up atau enggak semuanya memerlukan persiapan teknis, persiapan diplomatis, politis," sambungnya.

Baca juga: Wamenlu Jelaskan Alasan Dubes RI untuk AS Kosong Hampir 2 Tahun ini

Pendiri dan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti DjalalKompas.com/Aditya Mahendra Pendiri dan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal
Dia mengatakan, pemotongan anggaran yang sangat drastis bisa menimbulkan demoralisasi di Kemenlu.

Asal tahu saja, anggaran Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terpangkas sebesar Rp 2 triliun dari pagu anggaran 2025 yang telah ditetapkan sebesar Rp 9,8 triliun.

Dalam kesempatan itu, dia juga mengingatkan agar Duta Besar Indonesia di Amerika Serikat (AS) bisa segera diisi. Hal itu mengingat adanya kebijakan perang dagang antara AS-China.

Baca juga: Chatib Basri: Tak Perlu Panik, Situasi Ekonomi Indonesia Kini Tak Sama dengan Krisis 1998

Teranyar, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif terbaru pada 2 April 2025. Trump menerapkan tarif minimal 10 persen terhadap semua impor barang dari seluruh dunia, dan Indonesia dikenakan tarif impor sebesar 32 persen.

Sementara itu, tarif resiprokal yang dikenakan AS terhadap negara-negara ASEAN bervariasi seperti Malaysia dan Brunei Darussalam 24 persen, Filipina 17 persen, Singapura 10 persen, Kamboja 49 persen, Laos 48 persen, Vietnam 46 persen, Myanmar 44 persen, dan Thailand 36 persen.

"Jangan lupa posisi Duta Besar Indonesia di Amerika Serikat mengingat apa yang terjadi sekarang, itu harus segera diisi. Kenapa? Sekarang yang menjadi acting dumbest di sana sangat kompeten, kita semua tahu yang di lapangan bahwa satu kedutaan yang tidak ada duta besarnya, apalagi selama dua tahun, itu tidak akan optimal," pungkasnya.

Baca juga: AHY Buka-bukaan Dampak Perang Tarif Trump ke Ekonomi Global, Tingkatkan Ancaman Resesi

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Daftar Menteri yang Diganti Prabowo: dari Sri Mulyani hingga Budi Arie
Daftar Menteri yang Diganti Prabowo: dari Sri Mulyani hingga Budi Arie
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau