BEIJING, KOMPAS.com - Pejabat China meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan seluruh tarif resiprokal. Kebijakan tarif ini memicu terus berlanjutnya perang dagang AS dan China.
Dikutip dari BBC, Senin (14/4/2025), Trump telah mengumumkan jeda 90 hari pada sejumlah tarif global yang telah direncanakannya.
Namun demikian, Trump menaikkan tarif impor barang-barang dari China menjadi 145 persen.
Baca juga: Negosiasi Tarif Trump, Pemerintah Tawarkan Perusahaan RI Investasi di AS
"Kami mendesak AS untuk mengambil langkah besar untuk memperbaiki kesalahannya, membatalkan sepenuhnya praktik tarif resiprokal yang salah, dan kembali ke jalur yang benar yaitu saling menghormati," kata kementerian perdagangan China dalam sebuah pernyataan.
Pemerintahan Trump tampaknya siap menawarkan konsesi pada Jumat (11/4/2025), dengan mengumumkan bahwa beberapa produk elektronik, termasuk yang diproduksi di China, akan dikecualikan.
Namun, Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan kepada ABC News pada Minggu (13/4/2025) waktu setempat bahwa pengecualian tersebut hanya bersifat sementara.
Ia mengatakan, pemerintah AS berencana untuk mengenakan tarif tersebut dalam tarif semikonduktor terpisah, yang katanya akan diumumkan di kemudian hari.
Baca juga: Tarif Trump: Tantangan dan Peluang Baru bagi Industri Baja Indonesia
"Kita perlu membuat barang-barang ini di Amerika," kata Lutnick.
Presiden Trump menimpali di media sosial, mengatakan tidak ada pengecualian untuk produk-produk ini dan menyebut laporan tersebut salah. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa "mereka hanya pindah ke 'kelompok' tarif yang berbeda".