Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelapa Mahal dan Langka, Benarkah Hanya gara-gara China?

Kompas.com - 16/05/2025, 11:00 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Zulkifli Hasan, mengungkapkan penyebab kelangkaan stok dan mahalnya harga kelapa di pasaran saat ini.

Menurutnya, pengolahan kelapa menjadi susu di China menjadi salah satu faktor utama kondisi tersebut.

“Kelapa sekarang langka karena kelapa diolah menjadi susu oleh teman-teman dari Tiongkok (China),” ujar pria yang akrab disapa Zulhas itu saat memberikan sambutan dalam acara World of Coffee Jakarta, Kamis (15/5/2025).

“Di Tiongkok sekarang orang minum kopi bukan pakai susu, tapi pakai santan kelapa. Jadi kelapa mahal sekarang,” katanya.

Ia menambahkan, harga kelapa yang mahal di pasaran sebenarnya menguntungkan bagi para petani. Karena itu, ia menyarankan agar petani semakin banyak menanam kelapa.

Baca juga: Gara-gara Warga China Suka Kopi Dicampur Santan, Harga Kelapa di Indonesia Jadi Mahal

Ekspor Kelapa Tidak Dihentikan

Menteri Koordinnatir (Menko) Pangan Zulkifli Hasan saat berkunjung ke Desa Cangkuan Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/5/2025)KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Menteri Koordinnatir (Menko) Pangan Zulkifli Hasan saat berkunjung ke Desa Cangkuan Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (15/5/2025)
Meski stok langka dan harga mahal, Zulhas menegaskan bahwa ekspor kelapa ke berbagai negara tidak akan dihentikan.

Alasannya, pemerintah mempertimbangkan keuntungan besar yang saat ini diperoleh para petani kelapa.

“Oh, enggak (ekspor tidak dihentikan). Enggak ada. Petaninya lagi untung banyak sekarang. Bagus, ya,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, menurutnya, pemerintah Indonesia kini mulai fokus terhadap pangan hasil perkebunan, seperti kelapa, kopi, dan cokelat.

Langkah ini diambil karena Indonesia sudah hampir mencapai target stok pangan pokok seperti beras dan jagung.

Selain itu, harga komoditas seperti kopi, cokelat, dan kelapa saat ini juga menguntungkan untuk pasar ekspor.

Baca juga: Kelapa Mahal dan Langka, Zulhas Pastikan Ekspor Tak Disetop

 

Harga Terus Naik, Pedagang dan UMKM Merugi

Ilustrasi kelapa, buah kelapa, kelapa segar. PIXABAY/MOHAN NANNAPANENI Ilustrasi kelapa, buah kelapa, kelapa segar.
Sementara itu, harga kelapa yang dijual di sejumlah pasar tradisional melonjak drastis sejak sebelum Lebaran 2025.

Kondisi ini berdampak bukan hanya pada pembeli, melainkan juga pedagang kelapa yang mengalami penurunan jumlah penjualan.

Agus (60), pedagang kelapa di Pasar Paseban, Senen, Jakarta Pusat, mengatakan bahwa harga kelapa saat ini naik lebih dari dua kali lipat dibanding sebelumnya.

“Dulu kelapa Rp 10.000-an. Sekarang bisa sampai Rp 25.000. Setelah Lebaran malah makin naik,” ujar Agus kepada Kompas.com, Rabu (23/4/2025).

Baca juga: Mengurai Keruwetan Tata Niaga Kelapa

Kenaikan harga juga terjadi di Pasar Tambun, Bekasi. Juari (41), seorang distributor kelapa parut di sana, menyebut kenaikan sudah terjadi sejak sebelum Ramadhan.

Saat itu, harga eceran kelapa parut naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per butir.

“Harga terus naik. Sekarang kelapa ukuran kecil dijual Rp 15.000, sedangkan ukuran besar bisa mencapai Rp 17.000 hingga Rp 18.000 per butir,” katanya.

Juari menduga kenaikan harga ini dipicu oleh meningkatnya permintaan ekspor kelapa parut ke Thailand.

Hal ini membuat petani menerapkan harga jual yang sama, baik untuk pasar ekspor maupun dalam negeri.

“Jadi sekarang harga kelapa ikut harga ekspor. Petani menjual ke kami dengan harga yang sama seperti untuk ekspor,” jelasnya.

Baca juga: Harga Kelapa Bulat Melonjak Signifikan, Mendag Usulkan Pungutan Ekspor

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau