Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layanan "Buy Now Pay Later" Dinilai Berisiko bagi Konsumen, Ini Sebabnya

Kompas.com - 03/06/2025, 23:59 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

KOMPAS.com - Layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau beli sekarang, bayar nanti kini semakin marak seiring dengan pertumbuhan e-commerce dan kemudahan akses teknologi finansial. Namun, di balik kemudahan tersebut, layanan ini berpotensi menimbulkan risiko bagi konsumen.

Dilansir dari CNBC, Selasa (3/6/2025), Klarna, salah satu perusahaan BNPL besar asal luar negeri, pada kuartal yang berakhir Maret lalu kembali melaporkan kerugian meski jumlah pengguna dan pendapatan meningkat. Perusahaan menyebut kerugian tersebut banyak dipicu oleh biaya restrukturisasi.

Namun, masalah tak hanya dialami perusahaan. Sebuah survei LendingTree menyatakan, sekitar 4 dari 10 pengguna BNPL mengaku pernah terlambat membayar setidaknya satu transaksi dalam setahun terakhir.

Baca juga: Hasil Riset: Pengguna Pay Later Didominasi Laki-laki

Skeptisisme di Kalangan Pakar Keuangan

Douglas Boneparth, perencana keuangan bersertifikat asal Amerika Serikat, mengatakan dalam unggahan LinkedIn-nya. 

“Program buy now, pay later adalah scam. Program ini mendorong konsumsi berlebihan, merusak kredit, menjerat Anda dalam utang, dan menyasar konsumen yang paling rentan untuk berhutang padahal seharusnya tidak. Masyarakat akan lebih baik tanpa adanya program tersebut."

Meski demikian, Boneparth juga mengakui bahwa BNPL bisa menjadi alat yang berguna jika digunakan dengan disiplin dan pemahaman keuangan yang baik.

“Saya sedikit bercanda dalam unggahan itu. Prinsip utamanya adalah kredit adalah alat. Bila digunakan dengan disiplin, pengetahuan, dan pengendalian, kredit bisa menjadi alat yang sangat efektif,” katanya.

Baca juga: Buy Now Pay Later Dijuluki Ghost Debt di Luar Negeri, Mengapa?

BNPL, Kredit dalam Bentuk Baru

BNPL menawarkan kemudahan mencicil pembelian, misalnya membeli barang Rp 10 juta dengan empat kali cicilan tanpa bunga selama enam minggu.

Namun, setelah pembayaran pertama, sebenarnya konsumen mengambil utang Rp 7,5 juta yang harus dibayar dalam beberapa cicilan berikutnya.

Keterlambatan membayar cicilan akan dikenai denda, bahkan bunga, tergantung ketentuan layanan.

Ted Rossman, analis industri di Bankrate, menegaskan bahwa titik pentingnya adalah, Buy Now, Pay Later tetaplah utang.

Utang yang digunakan dengan tepat bisa jadi alat keuangan yang bermanfaat, seperti saat mengelola kartu kredit secara bijak atau mengambil KPR untuk rumah.

Baca juga: Gunakan Paylater, Nana Mirdad Kaget Data Kreditnya Bisa Terdampak BI Checking

Namun, risiko BNPL adalah layanan ini sering tidak terasa seperti utang. Jika konsumen terlalu sering menggunakan BNPL untuk membeli barang yang sebenarnya tidak mampu dibayar, mereka bisa terjebak dalam masalah keuangan.

“Membuat alat ini mudah diakses dan tanpa hambatan itulah yang berbahaya,” ujar Boneparth.

Tips Melindungi Diri bagi Konsumen

Awalnya, BNPL memang menawarkan cicilan tanpa bunga dan jadwal pembayaran yang jelas, sehingga terasa lebih sederhana dibanding kartu kredit.

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau