JAKARTA, KOMPAS.com – Harga saham PT Elnusa Tbk (ELSA) melonjak ke level tertinggi dalam delapan tahun terakhir. Pada 16 Juni 2025, saham Elnusa menyentuh Rp 550 per lembar, naik tajam dari posisi terendah sebelumnya yang hanya sekitar Rp 270 per lembar. Lonjakan ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap kinerja dan arah strategis perusahaan jasa energi itu.
Direktur Utama Elnusa, Bachtiar Soeria Atmadja, menyebut kenaikan harga saham tak lepas dari penyelesaian sejumlah tantangan bisnis, salah satunya adalah tuntasnya kasus deposito Bank Mega yang sempat menggantung selama 13 tahun.
“Dana deposito beserta bunga sudah kembali ke perusahaan pada Mei 2024. Ini membantu menguatkan posisi keuangan kami,” ujar Bachtiar dalam acara Elnusa Jurnalistik Award 2025 di Jakarta, Kamis (1/8/2025).
Imbas dari perbaikan itu, peringkat kredit Elnusa naik bertahap: dari idAA- pada 2021 menjadi idAA pada 2022, dan pada 2024 kembali naik ke idAA+. “Artinya risiko kami menurun, pasar pun merespons positif,” lanjutnya.
Selain pemulihan aset, Elnusa juga mencatatkan kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah pada 2023. Laba bersih meningkat signifikan, didorong pendapatan dari layanan hulu dan distribusi energi. Meski unit support services sempat melemah, Elnusa berharap peningkatan utilisasi dan efisiensi akan membalikkan tren tersebut di 2025.
Baca juga: Pendapatan Elnusa Tembus Rp 6,9 Triliun, Ini Strategi Jaga Laju Bisnis Migas
Antara lain, untuk penambahan alat eksplorasi migas, terminal BBM baru, peremajaan armada transportasi energi. Terakhir, pengadaan kapal dan alat berat di lini support services.
Distribusi capex Elnusa adalah 45 persen untuk sektor hulu, 30 persen untuk distribusi dan kelistrikan, dan sisanya untuk kegiatan pendukung dan pengembangan bisnis baru.
“Komitmen investasi adalah bukti bahwa kami bukan hanya bicara, tetapi bertindak,” kata Arief Prasetyo Handoyo, Direktur Pengembangan Usaha Elnusa.
Menurut Arief, investasi yang dilakukan Elnusa bertujuan untuk membangun kepercayaan publik dan pemegang saham. “Saham itu pada akhirnya soal kepercayaan,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya inovasi dan percepatan proses bisnis untuk menjaga persepsi positif pasar.
Baca juga: Elnusa (ELSA) Siap Hadapi Dinamika Energi, Fokus Perkuat Hulu Migas
Untuk merespons dinamika harga minyak dan ketidakpastian global, Elnusa mengembangkan tujuh strategi utama antara lain sebagai berikut:
Arief juga menyampaikan bahwa bisnis migas masih menyimpan peluang besar ke depan, terutama dengan arah kebijakan pemerintah yang mendukung swasembada energi dan peningkatan belanja negara di sektor hulu dan hilir.
Baca juga: Sampah Kantin Jadi Kompos: Cara Elnusa Uji Komitmen Lingkungan
Beberapa inisiatif strategis Elnusa yang sedang berjalan antara lain:
Selain itu, Elnusa juga menjalankan program Leadership Development berbasis pengalaman langsung (70 persen), mentoring (20 persen), dan pelatihan formal (10 persen). Program ini diklaim meningkatkan produktivitas hingga berdampak pada kenaikan laba bersih sebesar 37 persen.
Baca juga: Elnusa Andalkan SDM Unggul untuk Hadapi Persaingan Global
Arief menyebut bahwa potensi sektor energi, termasuk jasa penunjangnya, masih sangat besar.
“Kalau kita lihat roadmap hingga 2025 atau 2026, peluang masih banyak karena aktivitas migas tetap tinggi,” katanya.
Sebagai bagian dari Pertamina Group, Elnusa diharapkan terus berkembang melalui investasi, ekspansi pasar, dan inovasi layanan.
“Kami ingin membuktikan bahwa Elnusa siap menyambut masa depan energi Indonesia,” pungkas Arief.
Baca juga: Elnusa Bukukan Pendapatan Rp 3,73 Triliun di Kuartal I-2025
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini