JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan Blue Food Assessment (BFA) Indonesia dan Indonesia Blue Economy Index (IBEI) di Jakarta, Rabu (6/8/2025).
BFA Indonesia disiapkan sebagai landasan ilmiah untuk mengintegrasikan pangan perairan ke sistem pangan masa depan.
Sementara IBEI akan menjadi tolok ukur baru dalam menilai kemajuan ekonomi biru, baik di tingkat nasional maupun provinsi.
Baca juga: Data KKP: 3.000 Pengusaha Pariwisata Belum Kantongi Izin Pemanfaatan Pulau Kecil
Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menekankan pentingnya perlindungan laut Indonesia oleh seluruh masyarakat dunia.
“Jadi peluncuran Blue Food Assessment (BFA) Indonesia dan Indonesia Blue Economy Index (IBEI) bukan hanya untuk kita, tapi juga bagi generasi yang akan datang, bukan hanya generasi Indonesia juga tapi generasi umat manusia. Lautan Indonesia bukan harus dilindungi orang Indonesia saja tapi juga masyarakat dunia,” ujarnya.
Ia menyebut peluncuran BFA dan IBEI sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang menempatkan laut sebagai sumber kekayaan dan kehidupan.
Rachmat menjelaskan, laporan terbaru IBEI menunjukkan Indonesia memiliki fondasi sosial yang kuat dalam mengembangkan ekonomi biru.
Termasuk dalam hal kesejahteraan masyarakat pesisir, kontribusi ekonomi dari sumber daya laut, serta peran terhadap kesehatan gizi.
Baca juga: KKP: Laut Jawa Alami Krisis Ikan, Sampah Jadi Penyebabnya
Ia berharap kerja sama ini dapat menghasilkan pangan biru berbasis sains yang inklusif dan siap menghadapi tantangan masa depan.
“Mari kita bersama memperkuat ekonomi biru, blue food sebagai pilar pertumbuhan masa depan kita semua,” ucapnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga menyambut baik kolaborasi ini. Ia menilai langkah ini akan memperkuat strategi ekonomi biru dan pengembangan BFA Indonesia.
“Saya mengajak kita semua menjadikan pangan biru dan ekonomi biru sebagai andalan masa depan dengan terus bersinergi dan berkolaborasi menghadapi tantangan demi terwujudnya tata kelola kelautan,” kata Trenggono.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini