JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai transaksi di bursa karbon Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan dalam setahun terakhir.
Hingga 8 Agustus 2025, nilai transaksi mencapai Rp 77,95 miliar dengan volume lebih dari 1,59 juta ton CO2 equivalent.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, mengatakan tren positif ini diharapkan berlanjut seiring diluncurkannya perdagangan karbon internasional melalui bursa karbon Indonesia.
Baca juga: Bisnis Tangkap Karbon di Industri Migas Menggiurkan, Apa Untungnya buat Indonesia?
Menurutnya, bursa karbon Indonesia diyakini akan membuka peluang lebih besar bagi pelaku pasar untuk berpartisipasi dan meningkatkan kontribusi sektor keuangan terhadap pembangunan berkelanjutan.
OJK, kata Mahendra, akan terus memperkuat regulasi, meningkatkan kapasitas pelaku pasar, dan mendorong inovasi penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG).
”OJK juga terus berupaya memperkuat regulasi meningkatkan kapasitas pelaku pasar dan mendorong inovasi dalam penerapan ESG untuk mewujudkan pasar modal yang lebih inklusif dan berkelanjutan dalam pembangunan nasional,” paparnya.
Baca juga: BEI Catat Nilai Transaksi Perdagangan Karbon Capai Rp 77,95 Miliar hingga Juli 2025
Mahendra mengajak seluruh pemangku kepentingan pasar modal, mulai dari lembaga, pelaku industri, hingga masyarakat luas, untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi.
Menurutnya, momentum peringatan 48 tahun diaktifkannya kemandirian pasar modal Indonesia harus menjadi penggerak dalam menjaga integritas serta memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional.
“Selamat ulang tahun ke-48 pasar modal Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi semua langkah dan aktivitas kita, serta melimpahkan petunjuk dan rahmat-Nya untuk masa depan pasar modal Indonesia yang lebih baik,” lanjut Mahendra.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini