KOMPAS.com-Ekonomi Spanyol mencatat pertumbuhan tercepat di kawasan euro. Laju ini ditopang pariwisata, investasi asing, dan imigrasi.
Produk domestik bruto (PDB) Spanyol diperkirakan naik 2,5 persen pada tahun ini.
Angka tersebut jauh di atas Prancis yang hanya 0,6 persen, Italia 0,7 persen, dan Jerman yang hampir stagnan.
Pada kuartal II-2025, ekonomi tumbuh 0,7 persen. Capaian itu melampaui perkiraan Reuters sebesar 0,6 persen dan lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang berada di 0,6 persen, menurut data Institut Statistik Nasional Spanyol (INE).
“Untuk tahun kedua berturut-turut, kami akan menjadi negara dengan ekonomi maju nomor satu dalam hal pertumbuhan PDB,” kata Menteri Keuangan Spanyol Carlos Cuerpo kepada CNBC.
“Spanyol saat ini merupakan negara yang sangat berbeda dalam hal pertumbuhan. Spanyol juga merupakan tempat yang bagus untuk berinvestasi,” tambahnya.
Baca juga: Airlangga: WTO Dukung Indonesia dalam Sengketa Biodiesel dengan Uni Eropa
Cuerpo menekankan ekonomi Spanyol tidak hanya bertumpu pada turis.
“Kami mengekspor lebih banyak jasa non-pariwisata seperti teknologi informasi, jasa akuntansi, dan keuangan ketimbang pariwisata—100 miliar euro (sekitar Rp1.915 triliun) dibandingkan 94,95 miliar euro (sekitar Rp1.819 triliun),” ujarnya.
Sektor pariwisata sendiri menyumbang 12 persen PDB. Tahun 2024, sektor ini menyerap hampir 3 juta pekerja, naik 9,7 persen dari tahun lalu.
Namun, lonjakan turis juga memicu protes warga. Di Barcelona musim panas lalu, demonstran bahkan menyemprot wisatawan dengan pistol air sambil meneriakkan “turis pulanglah.”
Imigrasi ikut mendorong pertumbuhan. Pemerintah merencanakan penerimaan hampir satu juta migran dalam tiga tahun, lewat visa kerja dan izin tinggal bagi pekerja tanpa dokumen.
“90 persen peningkatan angkatan kerja sejak 2021 berasal dari imigrasi,” kata Kepala Ekonom BBVA Research Miguel Cardoso.
“Hal ini menjaga sektor jasa tetap kompetitif dan membantu menekan biaya tenaga kerja,” sambungnya.
Sebagian besar imigran berasal dari Kolombia, Venezuela, dan Maroko. Cardoso menambahkan, ekonomi Amerika Latin yang lesu dan aturan ketat masuk ke Amerika Serikat membuat Spanyol menjadi alternatif utama.
Baca juga: Tembus Pasar Spanyol, Perhiasan Perak dan Mutiara RI Raup Transaksi Potensial Rp 25 Miliar
Spanyol mendapat dukungan besar dari Uni Eropa lewat program pemulihan pandemi Next Generation EU senilai 163 miliar euro (sekitar Rp3.122 triliun).
Sebanyak 70 persen berupa hibah, dan sekitar 55 miliar euro (Rp1.053 triliun) sudah disalurkan.
Selain itu, investasi energi terbarukan sejak awal 2000-an membuat Spanyol relatif aman dari krisis energi Eropa pascainvasi Rusia ke Ukraina.
“Peningkatan pangsa energi terbarukan dalam bauran listrik selama lima hingga enam tahun terakhir telah menyiratkan penurunan harga listrik grosir sebesar 40 persen,” ujar Cuerpo.
Kondisi ini menarik minat investor. Arctech, perusahaan asal Tiongkok produsen sel surya, membuka kantor pusat Eropa di Madrid pada 2024.
Perusahaan otomotif Stellantis bekerja sama dengan produsen baterai CATL untuk membangun pabrik baterai litium besi fosfat senilai 4,3 miliar dollar AS (sekitar Rp70,1 triliun) di Zaragoza.
China juga berencana menanamkan investasi hingga 11 miliar euro (sekitar Rp210,6 triliun) pada 2025. Amerika Serikat tercatat sebagai investor terbesar di Spanyol, terutama di energi hijau dan mobilitas berkelanjutan.