JAKARTA, KOMPAS.com – Pemanfaatan energi surya di Indonesia kini dipandang lebih dari sekadar solusi transisi energi bersih. Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga semakin strategis dalam menjaga daya saing industri sekaligus membuka peluang ekspor energi hijau.
“PLTS captive atau PLTS yang digunakan sektor industri menjadi faktor yang meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Dilihat dari perkembangannya, wilayah usaha sudah meningkat tiga kali lipat sejak 2017 sehingga menjadi peluang besar bagi pemasangan PLTS captive,” ujar Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, dalam Media Briefing Indonesia Solar Summit (ISS) 2025, Selasa (2/9/2025), dikutip dari siaran pers.
Menurut Alvin, tren adopsi PLTS atap di sektor industri pada 2024 saja sudah menambah kapasitas lebih dari 100 MW. Hal ini memperlihatkan keseriusan pelaku usaha memanfaatkan energi terbarukan, terutama karena pasar ekspor semakin ketat menuntut penggunaan energi bersih.
Baca juga: PLTS Hadir di Tiga Desa Bali, Kurangi Tagihan Listrik hingga 60 Persen
Lebih jauh, Alvin menyoroti proyek ekspor listrik energi terbarukan sebesar 3,4 GW ke Singapura yang dinilai bisa memperkuat rantai pasok dalam negeri dengan TKDN 60 persen. Namun, ia mengingatkan perlunya dasar hukum jelas untuk menegaskan peran PLN dalam proyek ekspor tersebut.
Dari sisi rantai pasok, Indonesia sebenarnya punya kapasitas produksi modul surya hingga 11,7 GWp per tahun. Meski begitu, penyerapan pasar domestik masih rendah, sementara harga modul lokal tercatat lebih mahal 30–40 persen dibanding impor.
“Untuk mendorong investasi pada rantai pasok, penting memastikan adanya permintaan dalam negeri yang konsisten. Pemerintah juga perlu menyiapkan strategi agar aturan TKDN tetap menarik bagi investor, sambil melindungi industri lokal,” jelas Alvin.
Baca juga: 258 Desa di Kalteng Masih Belum Dialiri Listrik PLN, Andalkan PLTS
Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, Marlistya Citraningrum, menambahkan potensi energi surya Indonesia yang mencapai 7 TW semestinya dimanfaatkan secara merata, tidak hanya oleh industri besar.
“Momentum ini jangan hanya dimanfaatkan industri besar. PLTS harus hadir juga di sekolah, pesantren, UMKM, hingga rumah tangga,” tegas Marlistya.
Sebagai informasi, Indonesia Solar Summit 2025 yang akan digelar pada 11 September mendatang pun diproyeksikan menjadi ruang kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat integrasi energi surya, baik sebagai penopang transisi energi hijau maupun motor penggerak ekonomi nasional.
Baca juga: Dorong Transisi Energi, PLN IP Pasang PLTS di Keramba Nelayan Danau Ranu
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini