Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Akar Masalah Belum Teratasi, Ekonom: Rakyat Diminta Bayar Pajak, Sementara Pemerintah Tampak Boros

Kompas.com - 02/09/2025, 21:11 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengingatkan risiko terulangnya krisis ekonomi 1998 apabila pemerintah tidak segera menyelesaikan akar masalah ekonomi yang menyebabkan aksi demonstrasi meluas di berbagai daerah.

Peneliti Senior Departemen Ekonomi CSIS Deni Friawan mengatakan, gelombang protes pada Kamis hingga Minggu  (28-31 Agustus) mencerminkan akumulasi keresahan publik akibat memburuknya ketimpangan ekonomi yang selama ini terjadi.

"Kalau ini terus-menerus dan pemerintah tetap denying (menyangkal) akan apa yang terjadi, situasinya bisa mengarah pada krisis multidimensi seperti tahun 97-98," ujarnya dalam sebuah diskusi, Selasa (2/9/2025).

Ketimpangan ekonomi ini salah satunya muncul dari kegagalan pemerintah dalam mengelola kebijakan fiskal yang adil sehingga memicu krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Baca juga: Kemarahan Publik Berakar di Kesenjangan Ekonomi, Bukan Hanya karena Tunjangan DPR dan Pajak

Dia menjelaskan, aksi demonstrasi di berbagai daerah seperti di Pati, Bone, Makassar, hingga Jakarta terjadi karena masyarakat merasa kebijakan fiskal tidak adil.

Pasalnya, masyarakat diwajibkan untuk membayar berbagai jenis pajak, bea, dan pungutan lainnya.

Masyarakat pun menjalankan kewajiban tersebut dengan harapan mendapat timbal balik dalam bentuk layanan publik yang memadai.

Namun yang terjadi justru uang yang masuk ke penerimaan negara itu digunakan pemerintah untuk belanja ke sektor-sektor yang tidak prioritas.

"Rakyat diminta membayar pajak, iuran, dan menerima efisiensi yang dilakukan oleh pemerintah. Sementara pemerintah tampak boros, menambah jumlah kementerian dan lembaga, membiarkan rangkap jabatan di BUMN, serta menaikkan gaji dan tunjangan anggota DPR," ungkapnya.

Selain kebijakan yang tidak adil, dia juga menilai, demo yang meluas juga dipicu oleh ketimpangan ekonomi yang kian melebar.

Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5 persen selama satu dekade terakhir, tetapi manfaatnya dinilai tidak merata dan lebih banyak menguntungkan sektor padat modal.

Hal ini ditunjukkan dari gini rasio Indonesia yang masih berada di level 0,39, menandakan distribusi pendapatan yang timpang.

Meski kini tingkat kemiskinan turun, namun jumlah masyarakat kelas menengah juga ikut berkurang.

Baca juga: Ekonom: Kesenjangan Ekonomi Jadi Pemicu Ledakan Amarah Publik

Terlebih, sebagian besar masyarakat hanya berada sedikit di atas garis kemiskinan.

"Jadi ketika ada shock atau ada inflasi yang sedikit saja naik, dia akan jatuh menjadi miskin," kata dia.

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau