Di semua kelompok usia, pendapatan yang tidak mencukupi dan tagihan yang tinggi tetap berada di posisi pertama dan kedua.
Namun, lebih dari 20 persen responden berusia 18 hingga 24 tahun dan hampir 15 persen responden berusia 25 hingga 34 tahun menyebutkan kecenderungan mereka untuk berbelanja impulsif sebagai hambatan terbesar dalam menabung.
Baca juga: Ajak Masyarakat Jaga Nilai Tabungan, Pegadaian Paparkan Keunggulan Menabung Emas
Anak muda bukanlah ahli dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan berbasis konsekuensi, tetapi sains dapat membantu menjelaskan alasannya.
Penelitian menunjukkan bahwa anak muda lebih cenderung bertindak impulsif karena mereka tidak dapat mengakses bagian otak yang mengendalikan penilaian dan pengambilan keputusan, yakni korteks frontal dan prefrontal, secepat orang dewasa.
Area-area tersebut belum sepenuhnya berkembang hingga usia 25 tahun, yang berarti hampir semua Gen Z setidaknya sebagian terprogram untuk membeli tanpa berpikir, tepat ketika mereka baru pertama kali merasakan kebebasan finansial.
Generasi muda sedang bergulat dengan otak mereka yang masih berkembang, yang merupakan salah satu alasan mengapa mereka cenderung berbelanja secara sembrono selama ada uang tetapi ada lebih banyak hal di baliknya daripada sekadar aspek biologis.
Baca juga: Dari Menabung sampai Proteksi, Begini Langkah Jitu Biar Uangmu Enggak “Kabur”
“Berbelanja impulsif selalu menjadi tantangan bagi kaum muda, yang mungkin baru pertama kali menikmati daya beli,” kata Brittany Pederson, direktur simpanan dan pembayaran di Georgia’s Own Credit Union.
Namun, Gen Z dan khususnya generasi milenial muda menghadapi tantangan pemasaran yang sangat cerdas, influencer media sosial, dan iklan, ditambah dengan kemudahan teknologi pembayaran yang luar biasa.