Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Ini 6 Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Menabung Menurut Pakar

Kompas.com - 08/09/2025, 12:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Nasdaq

 

Ketika sebuah produk yang tampaknya cocok untuk Anda muncul di linimasa dan dapat dibeli dalam hitungan detik, bahkan mungkin tiba keesokan harinya, dibutuhkan disiplin yang tinggi untuk terus menggulir halaman.

Ilustras belanja, belanja pakaian di mal.PEXELS/COTTONBRO STUDIO Ilustras belanja, belanja pakaian di mal.

3. Kampanye iklan terbanyak menyasar konsumen usia 18-34 tahun

Rentang usia tersebut merupakan demografi yang paling didambakan oleh para pengiklan dan telah demikian selama beberapa dekade.

Baca juga: Survei LPS Sebut Minat Masyarakat untuk Menabung Turun, Ada Apa?

Para pemasar menargetkan mereka yang berusia 18 hingga 34 tahun karena mereka merupakan kelompok populasi terbesar, paling terbuka untuk mencoba merek dan produk baru, memiliki pendapatan yang paling banyak dibelanjakan, serta mulai membangun loyalitas merek seumur hidup.

Hal ini telah terjadi sepanjang era periklanan modern, tetapi generasi muda saat ini hampir tidak memiliki kelonggaran dari godaan untuk membeli.

4. Paparan informasi di internet

Para pemasar menyasar demografi usia 18 sampai 34 tahun di era analog jauh sebelum iklan mereka mengikuti orang ke mana pun mereka pergi melalui ponsel pintar.

Namun, intensitas, frekuensi, dan personalisasi iklan-iklan tersebut tidak sebanding dengan kampanye pemasaran papan reklame, majalah, dan TV di masa lalu. Generasi yang berusia 18 hingga 34 tahun saat ini belum pernah mengenal hal lain.

Baca juga: Riset LPS: Indeks Menabung Konsumen Melemah Tipis pada Juli 2025

“Gen Z dan milenial muda seperti kita tumbuh di era internet, di mana iklan dan peluang belanja hanya berjarak satu klik,” kata Akeiva Ellis, CFP dan kontributor ahli di Annuity.org.

“Dari iklan Facebook hingga TikTok Shop, Anda bahkan tak bisa menelusuri media sosial tanpa melihat sesuatu yang menggoda untuk dibeli, bukan? Sangat mudah terjebak dalam perangkap belanja impulsif ketika kita dikelilingi oleh kemudahan dan kepuasan instan belanja online," jelas dia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau