Dari Tambang ke Sawah: Batu Bara Disulap Jadi Pupuk, Naikkan Produktivitas 30 Persen

JAKARTA, KOMPAS.com - Batu bara yang selama ini identik dengan energi fosil kini bisa berubah menjadi pupuk untuk pertanian.

Inovasi ini dihasilkan dari pengolahan batu bara kalori rendah menjadi pupuk kalium humat.

Produk kalium humat dari batu bara ini diproduksi oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dari hasil riset bersama Universitas Gadjah Mada (UGM).

Keduanya telah meluncurkan pilot project alat produksi kalium humat pada Agustus 2025.

Baca juga: Pekerja Masih Terjebak, Kegiatan Tambang Freeport Dihentikan Sementara

Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, mengatakan inisiatif ini menunjukkan bahwa batu bara dapat diolah menjadi produk bernilai tambah yang ramah lingkungan, khususnya bermanfaat bagi petani.

"Kolaborasi ini sejalan dengan Asta Cita Presiden yang berfokus pada kemandirian pangan, hilirisasi industri, dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (16/9/2025).

Produk kalium humat hasil riset PTBA dan UGM yang diberi merek BA Grow ini sudah diuji coba di Desa Bimomartani, Sleman, Yogyakarta.

Hasilnya, pemakaian kalium humat mampu meningkatkan produktivitas pertanian hingga 30 persen dan mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai 50 persen.

Nantinya, BA Grow yang akan dikomersialisasikan akan terdiri dari bentuk padat dan cair.

Menurut Arsal, inovasi kalium humat ini bukan sekadar soal teknologi.

Produk ini menjadi jembatan yang menghubungkan dua dunia yang selama ini dianggap berjauhan, yakni pertambangan dan pertanian.

Dari lahan tambang yang biasanya menghasilkan energi, kini bisa menghasilkan pupuk yang mampu menyuburkan sawah dan ladang. "Melalui proyek percontohan ini, PTBA bertekad memberikan kontribusi nyata bagi agenda pembangunan nasional,” kata Arsal.