Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Miliki 400 Eksportir Aktif, Indonesia Jadi Eksportir Triplek Terbesar Kedua di Dunia

Kompas.com - 06/10/2025, 15:51 WIB
I Jalaludin S,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia Eximbank Institute memperkirakan kinerja ekspor produk plywood (HS Code 4412) atau triplek akan terus menanjak sepanjang 2025 hingga 2026, meskipun tantangan global masih membayangi. 

Pada 2025, nilai ekspor produk ini diproyeksikan tumbuh sebesar 8 persen year-on-year (yoy), berkat permintaan yang tetap solid dari pasar utama, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia. 

Berdasarkan data yang diolah Indonesia Eximbank Institute pada semester I-2025, ekspor triplek Indonesia mencatat kinerja positif di tengah pelemahan ekspor global. Nilai ekspor tercatat naik 3,86 persen cumulative to cumulative (ctc) dan volume naik 3,45 persen ctc. 

Momentum positif itu diperkirakan terus berlanjut pada 2026 dengan pertumbuhan sekitar 4 persen yoy, meski dihadapkan pada keterbatasan pasokan kayu bersertifikat sebagai bahan baku.

Baca juga: Mengenal Plywood, Material Kayu Ekstra Kuat dan Tahan Air

Market Intelligence and Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank, Rini Satriani mengapresiasi pertumbuhan ekspor triplek itu.

“Capaian ekspor ini ditopang oleh permintaan dari Amerika Serikat (AS), seiring pertumbuhan industri recreational vehicle (RV) yang mendorong penggunaan plywood untuk kebutuhan interior,” katanya dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (6/10/2025).

Rini menambahkan, daya saing ekspor triplek Indonesia relatif terjaga karena harga produk dalam negeri masih kompetitif di pasar global. 

Saat ini, Indonesia menempati posisi ekspor triplek terbesar kedua di dunia, bersaing ketat dengan Tiongkok, Vietnam, Brasil, dan Rusia. 

Selain itu, ekspor triplek Indonesia sudah terdiversifikasi ke lebih dari 85 negara dengan melibatkan sekitar lebih dari 400 eksportir aktif. 

Baca juga: Mengapa Plywood Jadi Material Favorit dalam Dunia Konstruksi?

Dari jumlah tersebut, terdapat kisaran 20 eksportir berskala korporasi yang masing-masing mencatat nilai penjualan ekspor di atas Rp 500 miliar per tahun. 

Persaingan di industri domestik juga cukup sehat karena tidak ada pemain yang mendominasi pasar. 

Rini menyebutkan, Indonesia juga memiliki keunggulan dengan ketersediaan sumber daya kayu yang melimpah dan adanya sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang diakui secara internasional.  

“Faktor-faktor ini memberi stabilitas pada ekspor Indonesia meskipun permintaan di beberapa negara cenderung melemah,” jelasnya.  

Meski demikian, sejumlah tantangan perlu diantisipasi. Pesaing baru dari Tanzania dan Kamerun yang mulai masuk ke pasar utama, sedangkan pasokan kayu bersertifikasi masih terbatas karena biaya kepatuhan SVLK yang tinggi. 

Baca juga: Lewat Desa BISA Ekspor, LPEI Perkuat Peran Desa di Pasar Global

Beberapa pesaing juga mulai menunjukkan tren ekspor yang lebih agresif sehingga Indonesia perlu memperkuat posisinya. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau