Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri P2MI: Permintaan Tenaga Kerja Luar Negeri Capai 1,7 Juta Orang, Baru Terisi 297.000

Kompas.com - 20/06/2025, 20:47 WIB
Hendra Cipta,
Krisiandi

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menargetkan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai solusi untuk memenuhi lonjakan permintaan tenaga kerja luar negeri yang mencapai 1,7 juta orang.

“Permintaan tenaga kerja dari luar negeri sampai Mei kemarin mencapai 1,7 juta. Sementara yang baru bisa kita isi hanya 297.000,” ungkap Karding saat meninjau Sekolah Menengah Teknik Industri (SMTI) Pontianak, pada Jumat (20/6/2025).

Dengan demikian, masih terdapat sekitar 1,4 juta lowongan yang belum terisi.

Baca juga: Jumlah Tenaga Kerja Asing di Buleleng Meningkat, Terbanyak dari China untuk Sektor Energi

Karding menjelaskan, lonjakan permintaan tenaga kerja ini merupakan peluang besar, terutama di tengah tekanan bonus demografi yang menambah sekitar 4 juta angkatan kerja baru setiap tahun.

Ia menyatakan, pemerintah sedang memperluas sosialisasi ke daerah, termasuk ke sekolah vokasi, untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap bersaing secara global.

“Kalau tidak tersalurkan, yang pusing pemerintah pusat dan daerah. Maka kami tawarkan opsi bekerja ke luar negeri dengan jalur resmi,” tambah Karding.

Di SMTI Pontianak, Karding mencatat bahwa sebagian besar siswa menunjukkan minat untuk bekerja di Jepang.

Baca juga: Di Tengah Fase Kontraksi, Pelaku Industri Manufaktur RI Masih Percaya Diri Tambah Tenaga Kerja

Ia menegaskan bahwa kesiapan kurikulum sekolah sudah mendukung, terutama di bidang teknologi mesin.

Karding berencana untuk menggandeng pemerintah daerah dalam menyiapkan lembaga pelatihan bahasa Jepang.

“Kurikulumnya sudah selevel Jepang. Setelah mereka tahu bahwa kerja di luar negeri itu gajinya bagus, dapat pengalaman, rata-rata tertarik. Tinggal kita bantu lewat pelatihan bahasa,” jelas Karding.

Ia juga menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 700 jenis jabatan yang saat ini dibutuhkan oleh negara-negara mitra, mulai dari perawat, caregiver, operator mesin, hingga pilot dan insinyur.

Meski mendorong penempatan tenaga kerja ke luar negeri, Karding mengingatkan pentingnya proses yang dilakukan secara resmi.

Baca juga: Jerman Butuh 400 Ribu Tenaga Kerja, Ini Langkah Indonesia

Ia menekankan perlunya perlindungan hukum dan kontrak kerja.

“Kalau lewat jalur resmi, ada kontrak yang melindungi—jam kerja, tempat tinggal, jaminan keselamatan. Tapi kalau berangkat ilegal, risikonya besar: eksploitasi, perdagangan orang, bahkan kekerasan,” tegas Karding.

Pemerintah, lanjut Karding, terus menggencarkan literasi migrasi aman agar siswa dan masyarakat tidak terjebak bujuk rayu sindikat penyalur tenaga kerja ilegal.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Cegah Salah Sasaran, Satgas MBG Palangka Raya Akan Evaluasi dan Buat Laporan Berjenjang
Cegah Salah Sasaran, Satgas MBG Palangka Raya Akan Evaluasi dan Buat Laporan Berjenjang
Regional
Banjir Bandang di Nagekeo NTT, 3 Orang Ditemukan Tewas dan 4 Masih Hilang
Banjir Bandang di Nagekeo NTT, 3 Orang Ditemukan Tewas dan 4 Masih Hilang
Regional
Bom Ikan dan Sampah Ancam Warisan Perang Dunia II di Laut Jayapura
Bom Ikan dan Sampah Ancam Warisan Perang Dunia II di Laut Jayapura
Regional
600 Honorer R4 Terancam Dirumahkan, Ini Langkah DPRD Nunukan
600 Honorer R4 Terancam Dirumahkan, Ini Langkah DPRD Nunukan
Regional
Rumah Warga Jumapolo Karanganyar Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 250 Juta
Rumah Warga Jumapolo Karanganyar Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 250 Juta
Regional
Pura-pura Jadi 'Customer', Perampok Indomaret Batam Berakhir di Sel Polisi
Pura-pura Jadi "Customer", Perampok Indomaret Batam Berakhir di Sel Polisi
Regional
Banjir Lahar Tutup Jalan Menuju 6 Desa di Flores Timur, Akses Warga Terganggu
Banjir Lahar Tutup Jalan Menuju 6 Desa di Flores Timur, Akses Warga Terganggu
Regional
Polisi Tangkap Ayah-Anak Penjagal Anjing di Pekanbaru, Pelaku Jual Daging B1 Rp 75.000 Per Kilo
Polisi Tangkap Ayah-Anak Penjagal Anjing di Pekanbaru, Pelaku Jual Daging B1 Rp 75.000 Per Kilo
Regional
Polisi Aniaya Mahasiswa di Ruang SPKT Polres Manggarai NTT hingga Babak Belur, Keluarga Minta Usut Tuntas
Polisi Aniaya Mahasiswa di Ruang SPKT Polres Manggarai NTT hingga Babak Belur, Keluarga Minta Usut Tuntas
Regional
Hotel Da Vienna Batam Diduga Hindari Pajak Rp 5 Miliar, Kini Diselidiki Kejari
Hotel Da Vienna Batam Diduga Hindari Pajak Rp 5 Miliar, Kini Diselidiki Kejari
Regional
Pemerintah Papua Pegunungan Luncurkan Program 'Minum Kopi Kita', Sediakan Kopi Gratis untuk ASN Setiap Senin dan Kamis
Pemerintah Papua Pegunungan Luncurkan Program "Minum Kopi Kita", Sediakan Kopi Gratis untuk ASN Setiap Senin dan Kamis
Regional
Pria Peleceh Bocah di Jambi Baru Keluar Penjara karena Kasus yang Sama
Pria Peleceh Bocah di Jambi Baru Keluar Penjara karena Kasus yang Sama
Regional
Pedagang Cabai Ditikam Preman Pasar Angso Duo Jambi, 2 Korban Jalani Operasi
Pedagang Cabai Ditikam Preman Pasar Angso Duo Jambi, 2 Korban Jalani Operasi
Regional
Dua Pejabat DPRK Nabire Jadi Tersangka karena Buat Perjalanan Dinas Fiktif, Kerugian Negara Rp 896 Juta
Dua Pejabat DPRK Nabire Jadi Tersangka karena Buat Perjalanan Dinas Fiktif, Kerugian Negara Rp 896 Juta
Regional
Akurasi Kesaksian Intel Polisi di Sidang May Day Semarang Diragukan Kuasa Hukum
Akurasi Kesaksian Intel Polisi di Sidang May Day Semarang Diragukan Kuasa Hukum
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau