Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Kerja di Luar Negeri tak Semudah Kata Menteri P2MI, Modal Jutaan Tak Jamin Berangkat

Kompas.com - 30/06/2025, 18:44 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

 

SEMARANG, KOMPAS.com – Pernyataan Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, yang menyebut kerja ke luar negeri sebagai salah satu solusi mengatasi pengangguran di Indonesia, dinilai terlalu menyederhanakan realitas di lapangan.

Sejumlah warga dari Jawa Tengah dan Yogyakarta mengungkap bahwa proses menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) justru diwarnai hambatan, mulai dari biaya tinggi, tidak adanya jaminan kerja, hingga praktik penipuan oleh Lembaga Pelatihan Kerja (LPK).

Tiga Tahun Menunggu, Janji ke Polandia Hanya Fatamorgana

Wulandari (36), pekerja lepas asal Semarang, menjadi salah satu contoh kegagalan sistem penempatan tenaga kerja ke luar negeri.

Pada 2022, ia menerima tawaran kerja dari perusahaan di Polandia melalui LPK. Ia lalu membayar biaya administrasi sebesar Rp 3 juta.

"Saya sudah bayar Rp 3 juta, dijanjikan kerja di Polandia sebagai staf gudang, tapi sampai sekarang sudah tiga tahun tidak ada kabar," ungkapnya, Senin (30/6/2025).

Baca juga: Menteri Karding Minta Warga Cari Kerja di Luar Negeri, Bantu Kurangi Pengangguran

Wulan menyebut banyak calon pekerja migran harus mengeluarkan biaya besar hingga Rp 35 juta sebelum benar-benar bisa bekerja di luar negeri, dan itu belum termasuk biaya hidup selama pelatihan.

"Banyak yang harus jual motor, gadai rumah, bahkan berutang. Tapi enggak ada jaminan berangkat," tambahnya.

Modal Besar, Gaji Masih Tak Sebanding

Wulan menyayangkan pernyataan pemerintah yang menyebut kerja di luar negeri sebagai jalan keluar, tanpa menggarisbawahi bahwa modal finansial menjadi hambatan utama.

Ia pernah mengusulkan agar biaya pelatihan dipotong dari gaji saat sudah bekerja, namun ditolak oleh pihak LPK.

"Kalau disuruh cari modal puluhan juta dulu, ya dari mana? Apalagi rata-rata penghasilan warga sini cuma Rp 2–3 juta," ujarnya.

Baca juga: Rakyat Sendiri Disuruh Kerja di Luar Negeri, tapi WNA Malah Kerja di Sini

Meski mengakui bahwa pekerja Indonesia dikenal cekatan dan bisa bersaing, ia menegaskan bahwa semangat saja tidak cukup bila sistem masih mempersulit.

Ia berharap pemerintah tidak hanya mendorong, tetapi juga benar-benar hadir melalui subsidi biaya, pengawasan ketat terhadap LPK, dan skema perlindungan jangka panjang bagi calon pekerja migran.

"Orang Indonesia itu mampu dan prigel. Tapi pemerintah harus buka jalan, bukan hanya menyuruh," tutup Wulan.

Jual Sapi demi Kerja di Jepang, Tapi Belum Ada Kepastian

Marvin (21), pemuda asal Tengaran, bahkan rela menjual sapi milik keluarganya demi mengikuti pelatihan kerja untuk ke Jepang.

"Sudah 4 bulan ikut pelatihan pertanian, tapi belum ada kepastian penempatan. Semuanya tergantung job yang datang," katanya.

Baca juga: Menteri Karding Sarankan Cari Kerja di Luar Negeri untuk Atasi Angka Pengangguran, Bagaimana Caranya?

Halaman:


Terkini Lainnya
Cegah Salah Sasaran, Satgas MBG Palangka Raya Akan Evaluasi dan Buat Laporan Berjenjang
Cegah Salah Sasaran, Satgas MBG Palangka Raya Akan Evaluasi dan Buat Laporan Berjenjang
Regional
Banjir Bandang di Nagekeo NTT, 3 Orang Ditemukan Tewas dan 4 Masih Hilang
Banjir Bandang di Nagekeo NTT, 3 Orang Ditemukan Tewas dan 4 Masih Hilang
Regional
Bom Ikan dan Sampah Ancam Warisan Perang Dunia II di Laut Jayapura
Bom Ikan dan Sampah Ancam Warisan Perang Dunia II di Laut Jayapura
Regional
600 Honorer R4 Terancam Dirumahkan, Ini Langkah DPRD Nunukan
600 Honorer R4 Terancam Dirumahkan, Ini Langkah DPRD Nunukan
Regional
Rumah Warga Jumapolo Karanganyar Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 250 Juta
Rumah Warga Jumapolo Karanganyar Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 250 Juta
Regional
Pura-pura Jadi 'Customer', Perampok Indomaret Batam Berakhir di Sel Polisi
Pura-pura Jadi "Customer", Perampok Indomaret Batam Berakhir di Sel Polisi
Regional
Banjir Lahar Tutup Jalan Menuju 6 Desa di Flores Timur, Akses Warga Terganggu
Banjir Lahar Tutup Jalan Menuju 6 Desa di Flores Timur, Akses Warga Terganggu
Regional
Polisi Tangkap Ayah-Anak Penjagal Anjing di Pekanbaru, Pelaku Jual Daging B1 Rp 75.000 Per Kilo
Polisi Tangkap Ayah-Anak Penjagal Anjing di Pekanbaru, Pelaku Jual Daging B1 Rp 75.000 Per Kilo
Regional
Polisi Aniaya Mahasiswa di Ruang SPKT Polres Manggarai NTT hingga Babak Belur, Keluarga Minta Usut Tuntas
Polisi Aniaya Mahasiswa di Ruang SPKT Polres Manggarai NTT hingga Babak Belur, Keluarga Minta Usut Tuntas
Regional
Hotel Da Vienna Batam Diduga Hindari Pajak Rp 5 Miliar, Kini Diselidiki Kejari
Hotel Da Vienna Batam Diduga Hindari Pajak Rp 5 Miliar, Kini Diselidiki Kejari
Regional
Pemerintah Papua Pegunungan Luncurkan Program 'Minum Kopi Kita', Sediakan Kopi Gratis untuk ASN Setiap Senin dan Kamis
Pemerintah Papua Pegunungan Luncurkan Program "Minum Kopi Kita", Sediakan Kopi Gratis untuk ASN Setiap Senin dan Kamis
Regional
Pria Peleceh Bocah di Jambi Baru Keluar Penjara karena Kasus yang Sama
Pria Peleceh Bocah di Jambi Baru Keluar Penjara karena Kasus yang Sama
Regional
Pedagang Cabai Ditikam Preman Pasar Angso Duo Jambi, 2 Korban Jalani Operasi
Pedagang Cabai Ditikam Preman Pasar Angso Duo Jambi, 2 Korban Jalani Operasi
Regional
Dua Pejabat DPRK Nabire Jadi Tersangka karena Buat Perjalanan Dinas Fiktif, Kerugian Negara Rp 896 Juta
Dua Pejabat DPRK Nabire Jadi Tersangka karena Buat Perjalanan Dinas Fiktif, Kerugian Negara Rp 896 Juta
Regional
Akurasi Kesaksian Intel Polisi di Sidang May Day Semarang Diragukan Kuasa Hukum
Akurasi Kesaksian Intel Polisi di Sidang May Day Semarang Diragukan Kuasa Hukum
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau