BANGKA TENGAH, KOMPAS.com – Kawasan kampung nelayan di Desa Penyak, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, kini terancam abrasi dan rusaknya ekosistem pesisir. Untuk memitigasi dampak tersebut, ribuan pohon mangrove mulai ditanam di sepanjang pantai.
“Kami di sini masyarakat nelayan yang hampir 80 persen menggantungkan hidup dari hasil laut,” kata Abdul Fajar (45), nelayan Desa Penyak, Jumat (1/8/2025).
Fajar menyebutkan, penanaman mangrove menjadi solusi atas permasalahan lingkungan yang makin mendesak di wilayah pesisir Bangka.
“Ini menjadi habitat alami mangrove yang bisa membentuk ekosistem terjaga, sebagai sumber perikanan dan pariwisata,” ujarnya.
Desa Penyak berada di jalur lintas tengah Pulau Bangka, berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Pangkalpinang. Hasil tangkapan nelayan dari desa ini sebagian besar dikirim ke Desa Kurau yang telah memiliki fasilitas dermaga pendaratan ikan dan penyimpanan berpendingin (cool storage).
Aksi penanaman mangrove ini didukung PT PLN Wilayah Bangka Belitung melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Kegiatan tersebut melibatkan langsung warga sekitar.
Baca juga: Rembuk Pemuda Tanam 70.000 Mangrove, Fathur Razaq: Ini Sedekah Alam
General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Bangka Belitung, Dini Sulistyawati, menyebut penanaman mangrove merupakan bentuk nyata kontribusi PLN dalam memperkuat ketahanan ekosistem pesisir dari abrasi, perubahan iklim, dan aktivitas manusia.
“Mangrove bukan sekadar tumbuhan pinggir laut. Ia adalah garda terdepan pertahanan alam – penahan abrasi, menyerap karbon alami, dan rumah bagi beragam spesies yang menopang rantai kehidupan di pesisir,” ujar Dini.
Melalui tema “Beribu Mangrove di Bangka Belitung – Semangat Hijaukan Hutan Mangrove”, program ini bukan sekadar kegiatan simbolik, melainkan upaya konkret pelestarian lingkungan.
“Hari ini kita tanam bukan hanya 10.000 bibit, tapi juga harapan. Harapan untuk masa depan pesisir yang kuat, lestari, dan mampu memberikan manfaat bagi generasi mendatang,” lanjut Dini.
Ia menegaskan bahwa transformasi PLN menuju energi hijau tidak bisa dilepaskan dari aspek keberlanjutan lingkungan.
“Transisi energi tak hanya tentang teknologi bersih, tapi juga tentang nilai-nilai kepedulian dan kolaborasi yang kita tanamkan, salah satunya lewat pelestarian mangrove ini,” jelasnya.
Wakil Bupati Bangka Tengah, Efrianda, juga mendukung penuh inisiatif tersebut. Ia menyoroti kekayaan hayati khas daerah tersebut.
“Jenis mangrove di sepanjang Penyak hingga Kurau tergolong unik dan tidak ditemukan di daerah lain di Indonesia,” kata Efrianda.
Ia mendorong komunitas lokal untuk terus menggerakkan kegiatan serupa secara berkelanjutan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang