SURABAYA, KOMPAS.com - Cuaca terik. Angin yang berembus pun membawa debu halus bercampur asap buangan kendaraan yang melintas di sisi kawasan Tambak Oso Wilangun Surabaya, Jawa Timur.
Meski begitu, Mukawi dan Sumawiyah terlihat terus bekerja di bawah paparan sinar matahari.
Pasangan suami istri asal Sumenep, Madura itu mengaku sudah puluhan tahun menggantungkan hidup dari hasil garam.
Bahkan, Mukawi menyebut, mereka sejak kecil sudah terbiasa bekerja di bawah sengatan matahari, mengikuti jejak orangtua yang juga petani garam.
Baca juga: Tiga Tahun Vakum, Petani Garam di Sawojajar Brebes Kembali Produktif
Dengan gerak yang kompak, keduanya mengumpulkan kristal-kristal putih yang baru terbentuk di petak tambak.
Garam-garam itu kemudian dimasukkan ke dalam karung biru yang ditata rapi di tepi tambak.
Setiap kali mengikat karung, mereka memeriksa kembali jahitannya, tidak ingin ada sobekan kecil yang bisa membuat hasil kerja keras mereka terbuang sia-sia.
Tahun ini memang terasa lebih berat bagi Mukawi dan juga para petani garam lainnya. Cuaca menjadi tantangan tersendiri untuk mereka.
Musim kemarau yang seharusnya membawa keberuntungan, justru diwarnai hujan sesekali.
Menurut Mukawi, kondisi yang disebut “kemarau basah” itu membuat hasil panen turun drastis.
“Sekarang baru dapat 2.000 karung lebih. Padahal kalau panas terus, bisa panen sampai lima ton garam dari satu petak,” ujar Mukawi sambil menyeka peluh di dahi.
Baca juga: Rob Ancam Pesisir Jateng Hari Ini, Aktivitas Pelabuhan dan Petani Garam Bisa Terganggu
Ditemui beberapa waktu lalu, Mukawi mengaku menggarap enam petak tambak garam milik seorang warga Surabaya.
Hasil panennya dibagi dengan sistem satu banding dua, satu bagian untuk petani, dua bagian untuk pemilik lahan.
“Kalau nanti di akhir musim bisa kumpul 4.000-5.000 karung, ya kami dapat sepertiganya. Itu nanti dipotong dari pinjaman biaya hidup yang kami terima tiap minggu dari pemilik lahan,” imbuh dia.
Kini di tengah cuaca tidak menentu, Mukawi tetap berusaha menjaga ritme kerja. Biasanya, dalam kondisi mendung, proses pembuatan garam memakan waktu sekitar seminggu hingga bisa panen.