SURABAYA, KOMPAS.com - Dalam memperingati hari batik dan semangat Sumpah Pemuda yang jatuh setiap bulan Oktober, Petra Christian University (PCU) Surabaya menghadirkan gebrakan baru.
Dengan memadukan warisan budaya dan teknologi masa depan menggelar pameran batik bertajuk “Sumpah Pemuda: Refleksi Cinta Tanah Air Melalui Batik AI Future Code”.
Kegiatan ini mengajak generasi muda untuk mengekspresikan kecintaan terhadap Indonesia melalui karya batik berbasis akal imitasi (AI).
Bertempat di Perpustakaan PCU, Gedung Radius Prawiro, acara ini sekaligus menjadi bagian dari pameran bertajuk “Memetik Pucuk Batik” yang berlangsung selama sebulan penuh.
Tidak hanya menampilkan karya visual yang memukau, kegiatan ini juga menghadirkan kolaborasi lintas disiplin antara mahasiswa, dosen, dan pustakawan PCU dalam menjadikan batik tetap relevan di era digital.
Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) PCU, Aniendya Christianna menjelaskan, proyek ini lahir dari keinginan untuk melestarikan batik agar tidak berjarak dengan generasi muda, meski di balik kemudahan teknologi, ada tantangan tersendiri.
Baca juga: Ekspresi Warna Seni Batik, Ketika Imajinasi dan Tradisi Menyatu di Surabaya
“Kami memanfaatkan teknologi saat ini yang mutakhir, kecerdasan buatan untuk mahasiswa generasi muda dalam melestarikan batik,” ujar dosen yang biasa disapa Aniendya ini, Senin (27/10/2025).
“Kalau dicoba sekarang mudah, tapi perjalanan untuk membuat prompt-nya sendiri itu tidak mudah."
"Oleh karena itu sekarang ada pekerjaan khusus prompt engineer untuk menghasilkan prompt yang kemudian dipakai siapa saja menghasilkan gaya yang sama itu yang sulit."
"Saya kira itu yang menjadi inspirasi tidak hanya dosen tapi generasi muda juga untuk memanfaatkan AI dengan bijak,” imbuh dia.
Proyek ini sudah dicoba oleh mahasiswa dan hasilnya di luar dugaan. Sebab, antusias yang muncul di luar ekspektasi dengan menghasilkan inspirasi yang berbeda dari hal sederhana.
"Seperti contoh ada batik dengan motif churros. Karena challenge-nya adalah apa yang di dekat kalian yang sederhana."
Baca juga: Banyuwangi Kenalkan Motif Batik Wader Kesit, Ini Filosofinya
"Nah, challenge itu mendorong mahasiswa bahwa berpikir kreatif itu tidak setinggi langit, tapi ide-ide sederhana dari hal apa pun di dekat kita bisa jadi inspirasi,” tutur Aniendya Christianna.
Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) PCU, Dr. Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom saat menjelaskan kegiatan memadukan warisan budaya dengan teknologi masa depan untuk memperingati Hari Batik dan Hari Sumpah Pemuda yang berlangsung di Perpustakaan Petra Christian University, Gedung Radius Prawiro lantai 6 Surabaya, Jawa Timur, Senin (27/10/2025) siang.Mereka ditantang untuk menafsirkan semangat Sumpah Pemuda melalui motif seperti Pancasila, Bendera Merah Putih, hingga sosok pahlawan nasional W.R. Supratman.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini, generasi penerus tetap bisa mengenang jasa pahlawan sekaligus menghargai budaya dengan cara yang kreatif, imajinatif, dan menyenangkan."
"Menciptakan motif batik yang belum pernah ada sebelumnya, sesuai dengan kepribadian masing-masing,” sambung dia.
Baca juga: Kisah Kampung Batik Semarang, Saksi Hidup 5 Hari Perlawanan Warga Lawan Jepang
Sementara itu, kegiatan ini diinisiasi bersama Dian Wulandari, selaku Kepala Perpustakaan PCU, yang mengubah perpustakaan menjadi ruang hidup bagi kolaborasi budaya dan teknologi.
“Pamerannya selama satu bulan penuh ini di perpustakaan karena kami berperan sebagai community hub, jadi tempat berkumpulnya berbagai komunitas baik kampus maupun masyarakat,” ujar perempuan yang biasa disapa Dian itu.
Ia menilai, perpustakaan bukan lagi sekadar tempat menyimpan buku, tetapi juga ruang belajar yang hidup dan terbuka bagi siapa pun.
“Kalau pameran dilakukan di salah satu fakultas, nanti yang lihat hanya sekitar situ saja. Tapi kalau di perpustakaan, semua yang datang dari berbagai prodi dan masyarakat bisa ikut melihat," kata Dian.
"Kami terbuka untuk masyarakat umum juga, karena info ini kita bagikan ke komunitas lainnya. Biar perpustakaan ini menjadi tempat belajar bersama, saling berbagi pengetahuan. Jadi berperan sebagai live learning,” sebut dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang