Studi: Mesin Pencari AI Sering Ambil Sumber dari Situs Berkualitas Rendah

Kompas.com - Diperbarui 03/11/2025, 06:04 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber Gizmochina

KOMPAS.com – Mesin pencari berbasis kecerdasan buatan (AI) tengah menjadi tren baru dalam cara pengguna mencari informasi.

Namun sebuah studi terbaru mengungkap ternyata AI kerap mengambil referensi dari situs yang kurang populer, dan berada jauh di bawah peringkat sumber web utama.

Hal ini terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Ruhr University Bochum dan Max Planck Institute for Software Systems, yang mempelajari bagaimana mesin pencari AI bekerja dalam memberikan jawaban.

Temuan mereka dipublikasikan dalam makalah berjudul “Characterizing Web Search in the Age of Generative AI.”

Para peneliti membandingkan hasil pencarian Google versi tradisional dengan hasil dari Google AI Overviews, Gemini 2.5 Flash, serta dua varian mesin pencari berbasis GPT-4o.

Baca juga: Peringatan dari OpenAI, Hati-hati Kalau Pakai ChatGPT Atlas

Hasilnya, sistem AI sering merujuk situs-situs yang peringkatnya jauh lebih rendah berdasarkan data mesin pemeringkat domain Tranco.

Bahkan, banyak tautan yang muncul dalam jawaban AI tidak masuk 100 besar hasil pencarian Google untuk pertanyaan yang sama.

Dalam beberapa kasus, median peringkat domain yang digunakan Gemini berada di luar 1.000 besar, sementara lebih dari separuh rujukan AI Overviews tidak muncul dalam 10 hasil pencarian Google. Sekitar 40 persen bahkan tidak ditemukan dalam 100 besar.

Untuk menguji ini, para peneliti memakai beragam jenis pertanyaan, mulai dari pertanyaan nyata pengguna ChatGPT, topik politik dari platform AllSides, hingga produk yang paling dicari di Amazon. Hasilnya konsisten, AI tidak terlalu mengutamakan popularitas situs.

Bukan informasi buruk, tetapi…

Meski banyak mengutip situs kurang populer, kualitas informasi yang dihasilkan sistem AI tidak serta-merta lebih buruk.

Baca juga: Curhatanmu dengan ChatGPT Bisa Muncul di Google Search, Begini Cara Hapusnya

Model GPT, misalnya, banyak mengutip situs korporat dan konten ensiklopedia, dan cenderung menghindari sumber media sosial yang rawan misinformasi.

Studi juga mencatat bahwa ragam informasi, atau “konsep” yang disajikan AI, setara dengan pencarian tradisional, sehingga kelengkapan ide masih terjaga. Bedanya, AI merangkum informasi dari banyak sumber menjadi jawaban singkat dan langsung—bukan daftar tautan.

Namun ringkasan cepat tersebut punya konsekuensi. Kompresi informasi dapat membuat detail kecil hilang, terutama pada pertanyaan kompleks atau penuh nuansa.

Dilansir GizmoChina, peneliti juga mengungkap ternyata AI kurang bisa menangani isu-isu yang sifatnya aktual atau topik yang sedang berkembang cepat.

Contohnya, GPT-4o dalam mode hybrid kadang gagal memberikan informasi terbaru untuk peristiwa terkini atau topik yang sedang tren.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau