DENPASAR, KOMPAS.com - Gubernur Bali, I Wayan Koster, mengungkapkan bahwa sebagian besar sampah yang mencemari pantai di Bali berasal dari Jawa Timur.
Selain itu, sampah juga terbawa arus dari Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
“Setiap tahun, di musim hujan lebat, Bali tidak hanya kotor karena sampah yang kita hasilkan sendiri, tetapi juga kedatangan sampah kiriman dari luar daerah. Ini sudah menjadi siklus tahunan, khususnya antara Desember hingga Februari,” ungkap Koster.
Menurut Koster, arus laut selama musim penghujan menyebabkan material sampah terbawa hingga ke perairan selatan Bali dan akhirnya menumpuk di pesisir.
Baca juga: Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pernyataan tersebut disampaikan Koster saat apel kesiapan penanganan sampah di Baruna Shelter, Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Minggu (2/11/2025).
Koster menjelaskan bahwa apel siaga ini merupakan yang pertama kali dilaksanakan di Bali untuk mengantisipasi fenomena sampah kiriman.
Dengan diadakannya apel ini, Koster berharap dapat mengambil langkah antisipatif dalam menghadapi potensi meningkatnya volume sampah kiriman yang rutin terjadi setiap musim hujan.
“Pantai Kuta adalah etalase pariwisata Bali. Tempat wisatawan asing dan domestik menikmati keindahan alam kita. Jangan sampai keindahan itu terganggu oleh tumpukan sampah yang membuat pantai terlihat jorok dan kotor,” jelas Koster.
Ia juga meminta Pemerintah Kabupaten Badung menyiapkan fasilitas dan petugas kebersihan yang siaga setiap saat, khususnya di kawasan pantai sepanjang 20 kilometer yang menjadi titik rawan timbunan sampah kiriman.
Baca juga: 7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
“Dengan adanya kesiapsiagaan yang kita lakukan hari ini, begitu sampah datang tidak perlu menunggu waktu lama. Langsung dikerjakan, langsung diselesaikan supaya cepat bersih lagi,” kata Koster.
Selama ini, penanganan sampah sering kali dilakukan secara reaktif, yaitu baru dilakukan ketika tumpukan sampah sudah menimbulkan keluhan dari wisatawan maupun masyarakat.
“Kita tidak mau lagi kelabakan. Kita harus melakukan mitigasi sejak awal agar penanganannya cepat dan efektif. Bali adalah destinasi wisata dunia, jadi kebersihan harus dijaga,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq pernah memperkirakan bahwa jumlah sampah kiriman di pesisir Bali pada 2024-2025 akan lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: Gara-gara Sampah, Warga Sekitar Cipeucang Harus Hidup Bergantung Air Galon
Peningkatan jumlah sampah tersebut dipicu pertumbuhan penduduk dan aktivitas yang tidak ramah lingkungan.
Selain sampah dari Pulau Jawa, Hanif juga menyebutkan bahwa sampah kiriman di Bali berasal dari negara lain, meskipun ia tidak merinci asal negara tersebut.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang