KOMPAS.com – Film horor Pabrik Gula belakangan ramai dibicarakan warganet di media sosial.
Film yang tayang di Bioskop Lebaran kali ini, mengambil lokasi syuting di dua tempat, salah satunya adalah Pabrik Gula Gondang Winangoen di Klaten, Jawa Tengah.
Siapa sangka, lokasi syuting film horor ini pernah menjadi saksi majunya industri gula tanah air di masa lalu.
Lantas, bagaimana sejarah Pabrik Gula Gondang Winangoen?
Baca juga: Kenapa Film Pabrik Gula Versi Uncut Hanya Bisa Ditonton oleh 21+?
Menurut sejarah, Pabrik Gula Gondang Winangoen didirikan pada tahun 1860, di masa penjajahan Belanda.
Pabrik ini merupakan bagian dari industri gula yang berada di bawah Perusahaan Klattensche Cultuur Maatschappij, sebuah anak perusahaan swasta dari Den Haag, Belanda, yang bergerak di bidang industri serta eksploitasi budidaya tanaman ekspor.
Pabrik ini mengelola tebu yang berasal dari perkebunan-perkebunan di desa-desa sekitar, dan perkebunan tebu yang lokasinya berada tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Srowot, Klaten.
Perusahaan tersebut juga mengelola delapan pabrik gula terkenal di Jawa, di antaranya adalah Sugar Estate Poendoeng di Yogyakarta, Sugar Estate Gondang Winangoen di Surakarta, Sugar Estates Delanggoe di Surakarta, Sugar Estate Mojo di Sragen, Sugar Estate Kedung Banteng di Surakarta, serta Sugar Estates Tanjong Modjo di Kudus.
Pada pertengahan abad ke-18, Jawa menjadi salah satu pemasok gula terbesar di dunia.
Oleh karena itu, pada masa kejayaannya, pabrik ini memberikan penghidupan yang baik bagi para pekerjanya dengan gaji dan fasilitas yang memadai.
Petani tebu juga menikmati penghasilan yang baik dari hasil penjualan tebu mereka ke pabrik gula.
Baca juga: 6 Lokasi Syuting Gadis Kretek, Ada Museum dan Pabrik Gula
Selain bangunan pabrik, terdapat garasi, kantor pabrik, rumah administratur dan pimpinan pabrik, perumahan pegawai, gedung societet, tempat penimbunan ampas gilingan, timbangan tebu, bengkel angkutan, balai kesehatan, sarana ibadah, hingga sekolah.
Fasilitas transportasi juga dibangun dengan lengkap, mulai dari rel, lori, lokomotif, hingga bengkel untuk memperbaiki fasilitas angkutan yang rusak, agar tidak menghambat kelancaran aktivitas pabrik.