WASHINGTON, KOMPAS.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mencabut visa milik enam warga negara asing karena diduga membuat komentar yang merayakan kematian politisi sayap kanan, Charlie Kirk (31).
Mengutip laporan BBC, Departemen Luar Negeri AS melalui akun media sosial X menyatakan, "Amerika Serikat tidak berkewajiban menerima warga negara asing yang menginginkan kematian warga Amerika."
Dalam unggahan tersebut, Departemen Luar Negeri AS juga membagikan tangkapan layar dari enam unggahan media sosial yang disebut sebagai contoh dari para pemegang visa yang visanya telah dibatalkan. Unggahan tersebut diduga berisi komentar yang merayakan kematian Kirk pada September lalu.
“Departemen Luar Negeri terus mengidentifikasi pemegang visa yang merayakan pembunuhan keji terhadap Charlie Kirk,” tulis pernyataan resmi pada Selasa (15/10/2025) waktu setempat.
Menurut keterangan resmi, keenam orang yang visanya dicabut berasal dari Argentina, Afrika Selatan, Meksiko, Brasil, Jerman, dan Paraguay. Tak dijelaskan lebih lanjut jenis visa yang dimiliki maupun waktu pasti pencabutannya.
Baca juga: 7 Tempat Wisata yang Tutup Imbas Pemerintah AS Shutdown, Termasuk Museum Terkenal!
Salah satu orang yang mengaku visanya dicabut adalah warga negara Afrika Selatan, Nhlamulo Baloyi. Ia menyampaikan kepada beberapa media, termasuk Reuters dan The Washington Post, bahwa dirinya menerima pemberitahuan pembatalan visa.
Ia disebut menulis komentar yang dinilai mengejek warga AS yang sedang berduka atas kepergian Kirk.
"Mereka terluka karena demonstrasi rasis berakhir dengan upaya mati syahid. Dia (Kirk) digunakan untuk menyebarkan gerakan sampah trailer nasionalis kulit putih," bunyi unggahan yang telah ditonton 2.344 kali itu.
Sementara, warga negara Jerman yang juga dibatalkan visanya diketahui mengunggah kata-kata dalam bahasa Jerman yang artinya, "Ketika kaum fasis mati, kaum demokrat tidak mengeluh."
Sementara itu, komedian asal Brasil, Tiago Santineli (33), mengatakan kepada BBC Brasil bahwa visa turis AS miliknya dibatalkan dua minggu lalu saat ia berada di Portugal untuk menghadiri sebuah acara.
“Keputusan ini adalah sebuah kebanggaan bagi saya dan para pengikut saya,” ujar Santineli, seraya menambahkan bahwa keputusan itu “tidak berdampak negatif secara nyata.”
Dalam unggahan di akun X pada 16 September kepada 430.000 pengikutnya, Santineli menulis bahwa Kirk “meninggal terlalu terlambat.” Ia juga menyebut Kirk sebagai sosok yang dikaitkan dengan demonstrasi kelompok neo-Nazi, dan mengatakan: “Selamat tinggal!”
“Saya memang membuat lelucon itu. Itu lelucon yang agresif. Saya tidak menyesal. Itu saja,” tambahnya.
Pengumuman pencabutan visa ini muncul di hari yang sama saat mantan Presiden Donald Trump menganugerahkan Presidential Medal of Freedom secara anumerta kepada Kirk.
Langkah tersebut dinilai sebagai bagian dari upaya Partai Republik untuk membungkam para pengkritik Kirk setelah kematiannya.