KOMPAS.com - Universitas Brawijaya (UB) bakal membuka beasiswa buat calon dokter Palestina.
Progam ini hasil kerjasama dengan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Rencananya, beasiswa dibuka bagi dokter asal Palestina untuk melanjutkan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Fakultas Kedokteran Univesitas Brawijaya.
Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional BSMI, Muhammad Djazuli Ambari, M.Si., menjelaskan bahwa program ini merupakan dukungan terhadap tenaga medis Palestina yang kehilangan kesempatan pendidikan akibat hancurnya fasilitas kampus di Gaza.
“Beasiswa ini ditujukan bagi dokter-dokter Palestina yang kesulitan untuk melanjutkan pendidikan. Untuk tahap awal ini kami masih memproses satu orang, dan insyaAllah akan menyusul lainnya hingga total lima orang,” ujar Djazuli dilansir dari rilis Universitas Brawijaya yang diterima Kompas.com dikutip Rabu (29/10/2025).
Program beasiswa tersebut meliputi biaya pendidikan, biaya matrikulasi, biaya tempat tinggal, biaya KITAS, biaya kursus Bahasa Indonesia, dan asuransi kesehatan selama masa studi.
Baca juga: SMA Kemala Taruna Bhayangkara 2026 Dibuka, Ada Beasiswa Full dari Polri
Biaya pendidikan akan ditanggung Universitas Brawijaya, sementara biaya kebutuhan hidup didukung oleh donasi masyarakat Indonesia yang dihimpun oleh BSMI.
Setelah menyelesaikan pendidikan, para penerima beasiswa berencana kembali ke Gaza untuk mengabdi.
Ketua UB-Palestine Solidarity, Prof. Dr. dr. Loeki Enggar Fitri, M.Kes., Sp.ParK., menuturkan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen Universitas Brawijaya dalam misi kemanusiaan global.
“Beasiswa ini bukan sekadar bantuan pendidikan, tetapi juga simbol persaudaraan antarbangsa. Pendidikan diyakini mampu menjadi jembatan kemanusiaan lintas batas,” ungkapnya.
Ilustrasi dokter, Ucapan Selamat Hari Dokter Nasional 2025.Universitas Brawijaya akan memberikan dukungan penuh melalui Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Budaya, Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar, serta Kementerian Kesehatan RI.
Calon penerima beasiswa akan menjalani pelatihan bahasa Indonesia selama enam bulan sebelum memulai studi spesialis, yang dijadwalkan dimulai pada Juni 2026 mendatang.
Dokter pertama penerima beasiswa adalah Dr. Reema yang telah hadir dalam penandatanganan tersebut.
Baca juga: Insentif Guru Honorer Naik Rp 100.000, P2G: Seharga Roti di Los Angeles
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, menyampaikan apresiasi dan dukungannya atas kolaborasi UB dan BSMI.
“UB berkomitmen untuk berkontribusi dalam bidang kemanusiaan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga bagi masyarakat dunia, termasuk Palestina. Semoga kerjasama ini membawa manfaat bagi kemanusiaan,” tuturnya.
Ia juga berharap, dengan kerjasama beasiswa antara UB dan BSMI dapat menciptakan kondisi yang lebih baik bagi Palestina.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya