NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Junta militer Myanmar menghapus kelompok pemberontak Arakan Army (AA) yang ada di Rakhine dari daftar kelompok teroris.
AA tak lagi masuk dalam daftar kelompok teroris karena faksi tersebut menghentikan serangannya dan membantu membangun perdamaian di seluruh negeri.
Hal itu dilaporkan media pemerintah, Mirror Daily, pada Kamis (11/3/2021) sebagaimana dilansir Reuters.
Langkah itu dilakukan pada saat junta militer tengah berjuang untuk menahan aksi demo yang hampir berlangsung setiap hari yang menentang kudeta militer.
Baca juga: Militer Myanmar Dituding Sudah Berencana untuk Eksekusi Demonstran
Militer Myanmar menangkap pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan mengambil alih kekuasaan dalam kudeta pada 1 Februari.
AA berjuang untuk otonomi yang lebih besar di negara bagian Rakhine barat. Selama dua tahun terakhir, AA telah menjadi salah satu kekuatan paling tangguh yang menantang tentara Myanmar.
Selain berhadapan dengan AA, tentara Myanmar juga berperang dengan beberapa kelompok bersenjata dari berbagai etnik di Myanmar selama sekitar tujuh dekade.
Di bawah pemerintahan Aung San Suu Kyi, AA dimasukkan ke dalam daftar kelompok teroris pada 2020.
Baca juga: Terungkap, Junta Militer Gunakan Senjata Perang untuk Bubarkan Demo Myanmar
"Penunjukan kelompok ini (AA) sebagai kelompok teroris dihentikan mulai 11 Maret 2021," kata Mirror Daily yang dikelola negara.
Di akhir laporannya, Mirror Daily mengutip visi junta militer untuk membangun "perdamaian nasional yang abadi".
AA, yang menyetujui gencatan senjata sementara pada November 2020, tidak menanggapi permintaan komentar.
Beberapa kelompok dari lebih dari total 24 kelompok etnik bersenjata telah mengkritik kudeta militer Myanmar.
Baca juga: Pejabat Kedua dari Partai Aung San Suu Kyi Tewas dalam Tahanan Militer Myanmar
Di antaranya bahkan menunjukkan dukungannya terhadap para pengunjuk rasa yang menentang kudeta.
Di sisi lain, mereka tidak meningkatkan aksi militeristik secara signifikan atau meninggalkan kesepakatan gencatan senjata yang telah terjalin.
AA sendiri tidak menyuarakan dukungan untuk para pengunjuk rasa dan hanya ada sedikit aksi protes di negara bagian Rakhine.
Negara bagian Rakhine menjadi perhatian dunia pada 2017 ketika sekitar 700.000 orang dari etnik minoritas Rohingya melarikan diri dari tindakan keras tentara.
Baca juga: Cara Perempuan Myanmar Lawan Junta Militer dengan Takhayul Sarung
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini